Sandur adalah jenis kesenian teater tradisional yang populer di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban berbentuk drama tari dengan mengambil cerita lokal. Secara umum, kesenian teater ini tidak berbeda dengan teater tradisional lainnya yang bersifat sederhana dalam penyajiannya. Daya tarik dari pertunjukan kesenian tradisional ini terletak pada kemampuannya sebagai pembangun dan pemelihara kebersamaan kelompok serta menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat. Kesenian ini mengajarkan budi pekerti, tolong-menolong, dan tenggang rasa pada setiap pertunjukannya. Juga terdapat nilai-nilai di dalamnya seperti nilai edukatif, nilai moral, nilai keindahan, nilai religius, nilai hiburan dan nilai seni.[1] Kesenian ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas sosial budaya masyarakat agraris, yakni masyarakat yang hidup dengan sistem dan pola pertanian sebagai sumber penghidupan. Hal ini dapat dilihat dari tema atau cerita Sandur yang menceritakan aktivitas pertanian, mulai dari mengolah tanah hingga memanen hasil sawah. Menurut cerita tutur, kesenian ini bermula pada zaman penjajahan Belanda. Bermula dari permainan anak-anak yang kemudian berkembang menjadi pertunjukan kesenian yang bertumpu pada upacara ritual.[2]
Referensi
- ^ Fuadah, Esti Nur. 2010. Peranan Kesenian Tradisional Sandur Sebagai Sarana Pelestarian Nilai-Nilai Lokal di Desa Ledok Kulon. Skripsi: Prodi PKN. Universitas Negeri Malang.
- ^ Susilowati, Trisno Tri dkk. 2009. Membaca Sandur Bojonegoro dan Tuban. Resital: Jurnal Teater. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.