Tan Sri Salma binti Ismail (19 Desember 1918 – 20 Juli 2014) adalah seorang dokter Malaysia yang merupakan wanita Melayu Malaysia pertama yang terakreditasi sebagai dokter pada 1947. Ia mendapatkan gelar dan akreditasi dokternya di Singapura pada 1947, lalu berkerja di Rumah Sakit Umum Alor Setar, sebagai dokter kerajaan di Kedah, dan di Rumah Sakit Tanglin di Kuala Lumpur. Pada tahun 1967 ia berhenti dari rumah sakit dan mendirikan praktik dokter sendiri, yang disebut Klinik Salma. Klinik Salma berkembang menjadi beberapa cabang sebelum Salma pensiun pada tahun 2005. Ia mendapat beberapa penghargaan, termasuk Panglima Setia Mahkota dari Kerajaan Malaysia.
Biografi
Salma binti Ismail lahir pada 19 Desember 1918 di Alor Setar, Kedah, Malaysia. Ia bersekolah di Sekolah Putri Kampung Baru di Kuala Lumpur, lalu di Sekolah Menengah Sultanah Asma dan di Kolej Sultan Abdul Hamid. Salah satu bangunan sekolah Sultanah Asma kini dinamai "Salma House" untuk menghormatinya. Ia lulus ujian sertifikat Junior Cambridge pada Maret 1933 dan Senior Cambridge pada 1935.[1] Ia adalah siswa putri pertama dari Kedah yang lulus Senior Cambridge dengan nilai istimewa.[2]
Ia lalu masuk sekolah kedokteran di King Edward VII College of Medicine di Singapura (1936, sekarang Universitas Nasional Singapura) dengan beasiswa dari Kedah. Sekolahnya sempat terhenti akibat Perang Dunia II, dan ia kembali ke Malaysia untuk bekerja di Rumah Sakit Umum Alor Setar. Selesai Perang Dunia II, ia melanjutkan sekolahnya pada 1946 dan lulus dengan gelar L.M.S. (Licentiate in Medicine and Surgery) pada tahun 1947.[1] Pada saat itu ia adalah wanita Melayu Malaysia pertama yang mendapat akreditasi dokter.[2]
Setelah lulus, Salma bertugas menjadi petugas perubatan di Rumah Sakit Umum Alor Setar. Dari 1947 hingga 1960 ia adalah satu-satunya wanita yang memiliki jabatan tersebut di rumah sakit itu. Pada 1956 ia berangkat ke Dublin, Irlandia untuk melanjutkan pendidikan dokternya dengan spesialisasi obstetri.[1] Di Dublin ia bertemu dengan Abu Bakar Ibrahim, yang sama-sama dokter dari Alor Setar dan kelak menjadi suaminya. Setelah selesai di Dublin, ia kembali ke Alor Setar dan menjadi dokter istana untuk Tuanku Bahiyah, Permaisuri atau Sultanah Kedah.[2]
Ia pindah ke Kuala Lumpur pada tahun 1960 dan bekerja di Rumah Sakit Tanglin hingga 1967.[1] Pada 1967 ia membuka praktik swasta, Klinik Salma, salah satu praktik swasta pertama yang dimiliki oleh dokter beretnis Melayu di Malaysia.[1][2] Klinik Salma kemudian membuka beberapa cabang di wilayah Kuala Lumpur dan sekitarnya. Salma pensiun pada tahun 2005.[1] Ia meninggal pada 20 Juli 2014, di Pantai Hospital, Kuala Lumpur, saat berumur 95.[3] Pada saat wafat, ia meninggalkan 3 orang anak dan 6 orang cucu.[2]
Penghargaan dan jabatan
Salma mendapatkan penghargaan Bintang Cemerlang Kedah (B.C.K.) oleh Kerajaan Kedah 1957, lalu Dato' Paduka Mahkota Kedah (D.P.M.K.) pada tahun 1996.[2] Pada tahun 1997, ia mendapat penghargaan Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) dari Yang di-Pertuan Agong Malaysia, dan dengan ini berhak menyandang gelar Tan Sri.[3][3]
Ia juga sempat menjabat sebagai Ahli Majelis Pelajaran Tinggi dan penasihat di Kolej Tunju Kurshiah.[2]
Referensi