Sabana Sudan adalah sabuk luas sabana tropis yang membentang dari timur dan barat melintasi benua Afrika, dari Samudra Atlantik di barat hingga Dataran Tinggi Etiopia di timur. Sahel, sabuk padang rumput yang lebih kering dan sabana akasia, terletak di utara, antara sabana Sudan dan Gurun Sahara. Di selatan, mozaik hutan-sabana membentuk zona transisi antara sabana Sudan dan hutan Guineo-Kongolia yang terletak lebih dekat dengan khatulistiwa.
Ekoregion
Dana Dunia Untuk Alam membagi sabana Sudan menjadi dua ekoregion, dipisahkan oleh Pegunungan Mandara. Sabana Sudan Barat terbentang dari Samudra Atlantik hingga Nigeria timur.[1] Sabana Sudan Timur membentang ke arah timur dari Pegunungan Mandara hingga dataran rendah barat Etiopia.[2]
Sabana Sudan dicirikan oleh koeksistensi pepohonan dan rerumputan. Spesies pohon yang dominan sering termasuk dalam Combretaceae dan Caesalpinioideae; beberapa spesies Akasia juga penting. Spesies rumput yang dominan biasanya Andropogoneae, terutama genus Andropogon dan Hyparrhenia, pada tanah dangkal juga Loudetia dan Aristida. Sebagian besar wilayah savana Sudan digunakan dalam bentuk taman, di mana pohon-pohon yang bermanfaat, seperti shea, baobab, pohon locust-bean dan lainnya terhindar dari pemotongan, sementara sorgum, jagung, milet atau tanaman lain ditanam di bawahnya.[3]
Fauna
Banyak mamalia besar berasal dari savana Sudan, termasuk gajah semak Afrika (Loxodonta africana), jerapah utara (Giraffa camelopardalis), eland raksasa (Taurotragus derbianus derbianus), kijang roan (Hippotragus equinus), kerbau afrika (Syncerus caffer brachyceros), singa (Panthera leo), macan tutul (Panthera pardus), cheetah (Acinonyx jubatus), dan anjing liar afrika (Lycaon pictus). Sebagian besar mamalia besar sekarang sangat terbatas jangkauan dan jumlahnya.[4]
Penggunaan lahan
Sabana Sudan digunakan oleh penggembala dan petani. Hewan ternak yang dipelihara sebagian besar adalah sapi, namun di beberapa daerah domba dan kambing juga dipelihara. Tanaman utama yang ditanam adalah sorgum dan millet yang cocok dengan curah hujan rendah. Dengan meningkatnya tingkat kekeringan sejak tahun 1970-an, para penggembala perlu bergerak ke selatan untuk mencari daerah penggembalaan dan telah berkonflik dengan para petani yang lebih dulu menetap.[5]