Restorasi Ekosistem Riau


Restorasi Ekosistem Riau
RER
Restorasi Ekosistem Riau di Sumatra
Restorasi Ekosistem Riau
Pulau Sumatra, Indonesia
Koordinat0°31′53″N 102°39′45″E / 0.531319°N 102.662588°E / 0.531319; 102.662588
Area150,000 hectares
Dirikan2013
Partners
Situs webwww.rekoforest.org

Restorasi Ekosistem Riau (disingkat RER, bahasa Inggris: Riau Ecosystem Restoration) adalah proyek untuk memulihkan dan mengkonservasi area hutan gambut yang memiliki nilai ekologi penting di Provinsi Riau, Sumatra. Proyek ini mencakup 130.000 hektar kawasan hutan di Semenanjung Kampar dan 20.000 hektar di Pulau Padang.

Latar Belakang

RER merupakan 150.000 hektar hutan gambut yang terletak di pantai Timur Sumatra hingga Barat Daya Singapura. Area hutan gambut ini merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara [1] dan merupakan habitat bagi beberapa jenis satwa yang terancam dan hampir punah.[2] Wilayah hutan gambut ini merupakan area yang sebelumnya mengalami kerusakan dan ancaman dari kegiatan perambahan hutan secara illegal serta kegiatan tebang dan bakar dengan tujuan membuka lahan untuk kegiatan pertanian.[1] Oleh karenanya, banyak kanal yang dibuat untuk keperluan ini dan diabaikan sehingga menyebabkan penurunan tinggi muka air di area rawa gambut dan membuat materi yang terkandung di dalamnya mengering. Hal ini menyebabkan degradasi lahan dan bertambahnya risiko lahan terbakar, kedua hal ini juga menyebabkan bertambahnya konsentrasi karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer.[3] Kawasan ini menyimpan stok karbon yang sangat tinggi dan memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi.[4] Pemerintah Indonesia mengidentifikasi area ini sebagai area potensial untuk Konsesi Restorasi Ekosistem (yang dikenal sebagai Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu untuk Pemulihan Ekosistem atau IUPHHK-RE [5]), sebuah pendekatan yang diluncurkan pada tahun 2009 untuk melibatkan pihak swasta dalam melestarikan 1,7 juta hektar hutan. RER pertama kali memperoleh IUPHHK-RE pada tahun 2013 untuk melestarikan 20.000 hektar lahan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang kemudian disusul empat izin lainnya pada tahun 2015 sehingga total area menjadi seluas 150.000 hektar. Izin ini berlaku untuk pengelolaan selama 60 tahun.

Pendekatan

Komitmen pendanaan sebesar US$100 juta selama 10 tahun [6] diperoleh dari perusahaan pulp dan kertas APRIL Group, RER menerapkan empat pendekatan untuk memulihkan dan mengkonservasi area yang dimilikinya:[7]

  • Melindungi: RER mempekerjakan ranger dan penjaga untuk melakukan patroli untuk mencegah kegiatan illegal. Area ini juga berada di perbatasan wilayah kerja komersial APRIL yang dapat dijadikan sebagai kawasan penyangga.[8] RER juga bekerja sama dengan masyarakat sekitar, memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai metodi pertanian yang baik dan berkelanjutan supaya mereka dapat meningkatkan kualitas hidup tanpa merusak lingkungan.[9]
  • Mengkaji: RER melakukan pemantauan dan riset mengenai kondisi flora dan fauna serta habitat hewan liar sebagai panduan dalam melakukan kegiatan konservasi. Lihat Biodiversity
  • Merestorasi: RER merestorasi area yang terdegradasi dengan menanam kembali bibit yang berasal dari kawasan hutan sekitar. RER melakukan pembenihan tanaman hutan dan menumbuhkannya di nursery sebelum menanamnya kembali. Level air di dalam hutan juga dijaga dengan mencari dan membendung kanal yang sudah ada.
  • Mengelola: RER mengembangkan rencana jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang saat area tersebut berhasil direstorasi. Langkah ini dilakukang dengan berkonsultasi bersama masyarkat, pemerintah dan pemegang izin konsesi.

Komunitas

Populasi area di kawasan sekitar RER mencapai 17.000 orang,[10] banyak dari penduduk yang mengandalkan hutan sebagai mata pencarian. RER berupaya untuk tetap menjaga kegiatan tradisional masyarkat seperti nelayan dan pencari madu. Tidak hanya itu, mereka juga diberikan pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Termasuk melarang penggunaan listrik untuk mencari ikan, melepas bibit ikan untuk memastikan ketersediaan ikan di sungai,[11] serta membantu memasarkan produk lokal.[12]

RER juga merekrut masyarakat sekitar dan mengandalkan suplai dari masyarakat lokal untuk membuka peluang usaha jangka panjang. Hal ini menunjukan kegiatan konservasi juga bisa mendatangkan peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar.[13]

Keanekaragaman Hayati

Seekor Macan Tutul Sunda (Neofelis diardi), yang merupakan spesies langka dan hampir punah oleh IUCN, terekam oleh kamera jebak RER yang dipasang di Semenanjung Kampar.

Sebelumnya mayoritas area RER belum terdokumentasikan oleh ilmuwan.[14] Inventarisasi spesies di RER pertama kali dipublikasikan pada November 2016 sebagai laporan dari survey lapangan yang dilakukan selama delapan bulan bersama Fauna & Flora International. Hasil survey tersebut mencatat ada 72 spesies mamalia termasuk keberadaan lima dari enam spesies kucing Sumatra yang terekam oleh kamera jebak.[15] Sebanyak 15 dari 72 mamalia yang tercatat dikategorikan sebagai jenis yang terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature dengan keberadaan – Harimau Sumatra dan Sunda Pangolin – yang masuk dalam daftar hampir punah. Survei tersebut juga mencatat 112 spesies pohon dan 40 jenis tanaman lainnya, 220 jenis burung dan 61 jenis reptil. Daftar spesies burung yang telah diidentifikasi di Semenanjung Kampar dirilis oleh RER pada November 2017 mencatat 299 spesies burung,[16] peningkatan jumlah spesies burung yang teridentifikasi ini dibandingkan daftar yang pernah dipublikasikan sebelumnya ini merupakan kombinasi dari hasil semakin membaiknya pemetaan, rusaknya habitat di daerah lain serta tanda keberhasilan proyek restorasi di RER.[17]

Semenanjung Kampar ditetapkan sebagai Kawasan Burung yang Penting (Important Bird Area) oleh BirdLife International pada tahun 2004.[18] Sedangkan International Union for Conservation of Nature mengidentifikasi Semenanjung Kampar sebagai Area Kunci Keanekaragaman Hayati.[19]

Mitra Kerja

RER melibatkan beberapa mitra kerja. RER didirikan oleh perusahaan pulp dan kertas APRIL Group pada tahun 2013. APRIL menjadi sponsor proyek sekaligus technical manager dan berkomitmen dengan pendanaan sebesar US$100 juta untuk 10 tahun pertama. RER merupakan bagian dari Kebijakan Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan, yang salah satunya adalah komitmen untuk menjaga area konservasi seluas dengan area yang dimiliki untuk perkebunan perusahaan.[20] Pada tahun 2015, NGO Fauna & Flora International (FFI) membantu beberapa kegiatan yang berhubungan dengan aspek keanekaragaman hayati, iklim dam masyarakat melalui rangkaian survey lapangan. Bersama dengan FFI, RER telah mempublikasikan laporan ringkas keanekaragaman hayati Semenanjung Kampar pada tahun 2016 yang merupakan laporan inventaris pertama untuk berbagai jenis keanekaragaman hayati yang dapat ditemukan di dalam kawasan RER.[2] Antara tahun 2016 hingga Juni 2017 The Nature Conservancy (TNC) bekerja membantu RER untuk menyiapkan dasar dalam mengembangkan model manajemen bentang alam yang terintegrasi agar menghasilkan dampak yang berkelanjutan bagi konservasi, sosial dan ekonomi.

Referensi

  1. ^ a b "High Conservation Value assessment for the Kampar peninsula landscape". August 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  2. ^ a b "RER report delivers first Kampar species inventory". Diakses tanggal 7 December 2017. 
  3. ^ "Peat CO2". Diakses tanggal 7 December 2017. 
  4. ^ "RER Newsletter" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  5. ^ "MINISTRY OF FORESTRY REPUBLIC OF INDONESIA DECREE NUMBER : P. 36/Menhut-II/2009" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-11-23. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  6. ^ "APRIL Group Announces US$100 Million Investment, Expanded Eco-restoration Project" (PDF). Diakses tanggal 7 December 2017. 
  7. ^ "About RER". Diakses tanggal 7 December 2017. 
  8. ^ "APRIL Asia: Sustainability". Diakses tanggal 7 December 2017. 
  9. ^ "Collaborative Efforts to Empower Communities in Pulau Padang to Practice No-Burn Farming". 10 March 2017. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  10. ^ "RER Newsletter" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  11. ^ "Aiming to Contribute for Productive Economic Growth in Pulau Padang, RER Introduces Freshwater Fish Farming". 22 May 2017. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  12. ^ "Honey program sweetens drive to restore forest". 16 August 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  13. ^ "RER Approach". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  14. ^ "RER Newsletter" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  15. ^ "RER Newsletter" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  16. ^ "Birds of the Kampar Peninsula an Annotated Checklist". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-28. Diakses tanggal 7 December 2017. 
  17. ^ "RER Sees Return of Endangered Birds to Restoration Area". Diakses tanggal 7 December 2017. 
  18. ^ "BirdLife International Data Zone". Diakses tanggal 7 December 2017. 
  19. ^ "World Database of Key Biodiversity Areas". Diakses tanggal 7 December 2017. 
  20. ^ "APRIL Sustainability Policy". Diakses tanggal 7 December 2017. 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41