Karena perdagangan Swedia dengan negara lain seperti, Republik Belanda, Swedia cukup memahami adanya fenomena republikanisme di Eropa, tetapi upaya pertama untuk mengembangkan Republik Swedia baru dilakukan saat Revolusi Prancis. Di awal abad ke-19, pergerakan ini masih berupa pergerakan kecil. Pada tahun 1830, barulah ada tokoh politikus berpengaruh di Swedia yang memperjuangkan bentuk negara republik, yakni Lars Johan Hierta. Dalam surat kabar yang ia buat, Aftonbladet, ia menginginkan untuk melengserkan raja Karl XIV Johan dari Swedia.
Gagasan mengenai negara republik datang kembali saat Revolusi 1848 di seluruh Eropa. Swedia mengalami pergolakan selama waktu yang relatif singkat, Marsoroligheterna ("Kekacauan Maret"). Pada 18 dan 19 Maret, kerusuhan pecah di Stockholm, sekitar tiga puluh orang tewas oleh tentara. Selama waktu tersebut, poster kontroversial yang bertuliskan kata "republik" dipasang di beberapa tempat di Stockholm dan wilayah sekitarnya. Selain itu, para aktivis menuntut kesetaraan dan hak pilih universal.
Partai Sosial Demokrat telah menyatakan niatnya untuk mendirikan sebuah negara republik pada platform partainya sejak partai tersebut berdiri pada tahun 1889. Namun, ketika Sosial Demokrat berkuasa pada tahun 1920, keinginan tersebut mulai menghilang. Hal tersebut terjadi karena pragmatisme dari pemimpin partai saat itu, Hjalmar Branting.
Pada tahun 1997, Asosiasi Republikan Swedia didirikan. Pada tahun 2010, Aliansi Gerakan Republikan Eropa (AERM) didirikan di Stockholm, di mana republikan Swedia bekerja sama dengan kelompok republikan Eropa lainnya.