Pada masa pemerintahan Alfonsu I (739–757), melalui serangkaian kampanye militer yang berhasil melawan Moor, orang-orang Kristen telah merebut kembali Galisia, La Rioja, dan León dan membawa penduduk wilayah utara di bawah kendali mereka. Ini membuat provinsi-provinsi tersebut sebagian besar kosong dari pemukiman manusia dan menciptakan zona penyangga antara Moor dan Kristen. Wilayah ini disebut Gurun Douro. Zona ini dibiarkan tak tersentuh selama hampir satu abad sementara penerus Alfonsu memfokuskan energi mereka pada Vasconia dan Galisia.
Pada masa pemerintahan Ordoñu I (850–866) repopulasi zona tak berpenghuni dimulai. Ordoñu mulai maju ke selatan, mengisi kembali kota-kota Tui, Astorga, León, dan Amaya. Orang-orang yang menuruni pegunungan di utara menuju lembah yang tidak berpenghuni disebut foramontanos, yang berarti "keluar dari pegunungan." Di antara rute yang diambil foramontanos adalah antara Cabuérniga dan Campo de Suso, yang diikuti pada awal 824, ketika populasi baru Brañosera menerima fuero tertua yang diketahui dalam sejarah Spanyol.
Keinginan untuk zona pertanian yang lebih baru dan lebih subur di lembah sungai Ebro dan Douro adalah faktor pendorong utama dalam emigrasi. Sejak saat itu kerajaan semakin dikenal sebagai León dan pada 910, setelah kematian putra Ordoñu, Alfonso III, kerajaan dibagi dengan Fruela II terus memerintah di Asturias sementara saudara-suadaranya García dan Ordoño masing-masing memerintah di León dan Galisia. Repoblación kemudian selesai.
Meskipun demikian, Gurun Douro tidak pernah benar-benar kosong, karena penelitian arkeologi menunjukkan kelanjutan pendudukan yang terbatas. Repovoação Portugis terjadi selama pemerintahan Wangsa Bourgogne hingga pertengahan abad ke-XIII.