Refleks Semmelweis atau "efek Semmelweis" adalah sebuah metafor untuk kecenderungan mirip refleks untuk menolak bukti, informasi atau ilmu baru karena bertentangan dengan norma, kepercayaan atau paradigma yang ada.[1]
Istilah ini berasal dari nama Ignaz Semmelweis, seorang fisikawan Hungarian yang menemukan bahwa, pada 1847, tingkat kematian karena demam puerperal menurun sepuluh kali lipat saat para doktor dan staf mencuci tangannya (mendisinfeksikan tangannya) dengan larutan kaporit sebelum bertemu dengan seorang pasien, dan terkhususnya, setelah otopsi. (Pada salahsatu dari dua bangsal persalilan di rumah sakit universitas tempat Semmelweis bekerja, fisikawan menjalankan otopsi pada setiap pasien yang meninggal). Prosedur Semmelweis menyelamatkan banyak nyawa dengan menghentikan kontaminasi berkelanjutan pasien (kebanyakan darinya adalah ibu hamil) dengan apa yang dia sebut sebagai "partikel mayat", 20 tahun sebelum teori kuman penyakit ditemukan.[2] Meski memiliki banyak bukti empiris, rekan-rekan sesama dokternya menolak saran mencuci tangannya, umumnya karena alasan non-medis. Sebagai contoh, beberapa dokter menolak untuk percaya bahwa tangan seseorang dapat menyebarkan penyakit.[3]
Referensi
- ^ Mortell, Manfred; Balkhy, Hanan H.; Tannous, Elias B.; Jong, Mei Thiee (July 2013). "Physician 'defiance' towards hand hygiene compliance: Is there a theory–practice–ethics gap?". Journal of the Saudi Heart Association. 25 (3): 203–208. doi:10.1016/j.jsha.2013.04.003. PMC 3809478 . PMID 24174860.
- ^ Semmelweis, Ignaz. "The Etiology, Concept, and Prophylaxis of Childbed Fever (excerpts)". trans. K. Codell Carter. Madison, The University of Wisconsin Press, 1983. New York Times. Diakses tanggal 5 May 2020.
- ^ Ginnivan, Leah (25 November 2016). "The dirty history of doctor's hands". Ohio State University. Diakses tanggal 13 August 2020.