Rateka Winner Lee
Rateka Winner Lee lahir di Surabaya, 31 Januari 1987; umur 36 tahun) adalah seorang jurnalis dan personalia YouTube. Ia dikenal setelah video "Spesial: Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta"[1] yang diunggah di YouTube[2][3] pada akhir tahun 2014 menjadi viral di dunia maya. Kehidupan pribadiRateka merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya berasal dari Palembang dan merupakan keturunan Tiongkok penganut Buddha sebelum akhirnya menikah dengan ibunya dan menjadi mualaf.[4] Pendidikan dasarnya dihabiskan di sekolah Katolik seperti Tarakanita dan Strada sampai SMP, hingga akhirnya masuk ke SMA Negeri dan kuliah di Jurusan Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ)[5] selama dua tahun.[6] Ia tidak menyelesaikan studi Film-nya karena merasa tidak cocok dengan lingkungan kampus.[4] Kariernya di media dimulai pada tahun 2008 dengan menjadi Feature Editor di majalah bisnis dan pariwisata Indonesia Treasure. Kemudian ia pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana di Tabloid SMS, Pemimpin Redaksi di tabloid kawasan Info Ciledug, Reporter di Tabloid Pulsa Diarsipkan 2015-04-07 di Wayback Machine. dan majalah Mobile Guide, terakhir sebagai Channel Editor di situs YANGCANGGIH.[4][5] Ia menikah pada Maret 2017 dan telah dianugerahi seorang putera. Pendidikan
KontroversiNama Rateka mulai dikenal publik saat ia membuat dan memublikasikan video tentang kegiatan Kristenisasi terselubung di Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) Jakarta, pada tanggal 2 November 2014. Kebanyakan pemirsa menganggap bahwa itu memang merupakan penyebaran agama dengan cara terselubung, namun banyak juga yang tidak sependapat dan menganggap video itu sebagai akal-akalan dan cara yang digunakan Rateka untuk mengangkat pamor kanalnya serta mendapatkan uang dari Google. Berbagai pihak angkat bicara mengenai kasus video ini, mulai dari Felix Siauw,[7][8] Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas,[9] Wakil Sekretaris Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia H. M. Luthfie Hakim, S.H., M.H.,[10] hingga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.[11] Cerita (dalam video) berawal ketika Rateka menunjukkan sejumlah barang yang diperoleh dari pengunjung CFD. Barang-barang tersebut meliputi kalung bergambar merpati, biskuit, permen, pin bertuliskan "I'm Saved" (Saya terselamatkan) dan sejumlah barang lain. Menurut Rateka, barang-barang itu disebarkan oleh sukarelawan sebuah komunitas yang mengedepankan semangat kebangsaan. Setelah itu, Rateka melakukan perjalanan dan menyambangi sejumlah orang, baik itu anak-anak, dewasa hingga manula, yang baru memperoleh barang-barang dari komunitas tersebut. Semisal, empat orang bocah bersepeda yang diberi kalung bergambar merpati dan syal. Bocah-bocah itu mengaku tidak mengerti maksud simbol tersebut. Pun dengan seorang remaja tanggung beserta rekannya yang berjilbab. Keduanya pun tak memahami makna kalung tersebut. Dalam bagian lain video, diperlihatkan seorang sukarelawan meminta para bocah membawa puisi berjudul Indonesia negeri pujaan. Dari beberapa bocah, hanya satu orang yang membaca puisi dengan lantang. Sukses membacakan puisi tersebut, seorang pria yang mengaku sukarelawan memberikan susu. Namun ketika ditanya apakah kegiatan semacam ini terkait dengan upaya Kristenisasi, sukarelawan tersebut menyangkalnya. Setelah itu, reportase dilanjutkan dengan pengambilan gambar remaja-remaja yang diberikan kalung bergambar merpati maupun biskuit dan permen. Menjelang 2/3 reportase atau menit ke-14 pada video, Rateka menangkap sebuah momen yang menjadi penegas bahwa Kristenisasi tengah berjalan.[12] Momen tersebut adalah upaya misionaris berusia paruh baya yang tengah meyakinkan seorang ibu tua renta berjilbab perihal kebenaran Yesus.[13] Belakangan diketahui bahwa ibu tua renta tersebut adalah seorang pengemis yang melintas.[14] Sebenarnya tak hanya Rateka yang menyadari kegiatan tersebut. Penggiat CFD yang mengunjungi Monumen Nasional atau Diarsipkan 2015-04-13 di Wayback Machine. Gelanggang Olah raga Bung Karno juga banyak yang menemukan hal serupa, karena memang di kedua titik tersebutlah kegiatan ini berpusat. Sepanjang jalan Sudirman-Thamrin yang menghubungkan keduanya tersebar ratusan sukarelawan yang membagikan bermacam cinderamata tersebut.[15][16] Namun uniknya, media umum nasional yang memuat berita mengenai aksi Kristenisasi besar-besaran ini hanya Republika. Padahal kejadiannya di jantung kota Jakarta dan bahkan Presiden Jokowi juga ikut diajak berdoa saat memantau langsung kegiatan CFD dari Istana Merdeka ke Bundaran Hotel Indonesia dan kembali ke Istana. Berita ini sebenarnya sempat dimuat salah satu media umum nasional dengan tajuk, Pemuda Membuat Aksi Doakan Indonesia. Namun saat tulisan ini dibuat, tulisan tersebut sayangnya sudah tidak dapat ditemukan. Video ini menjadi inspirasi munculnya gerakan-gerakan "tandingan" bertema dakwah di ajang CFD yang dilakukan berbagai pihak. Sebut saja "Aksi Tebar Hijab",[17] "Mudahnya Menghafal Al Qur'an",[18] serta gerakan-gerakan lainnya. Sementara Rateka diundang ke berbagai macam kajian sebagai pembicara maupun nara sumber yang berkaitan dengan Kristenisasi di Indonesia. Ia pun mendokumentasikan semua kegiatannya dalam bentuk video dan mengunggahnya di YouTube. Akhir Mei 2020 video viralnya tersebut sudah disaksikan sebanyak 10 juta kali. Sementara itu, ia juga meliput dan membagikan video pelanggaran sejenis di Semarang pada Maulid Nabi 2018 yang melibatkan pesohor Daniel Mananta bertajuk "Festival Of Light" dengan panitia kegiatan yang sama pula. Referensi
|