Raimundo Panikkar
Raimundo Panikkar (3 November 1918 – 26 Agustus 2010; namanya ditulis pula "Raimon" atau "Raymundo") adalah salah seorang tokoh yang paling terkemuka dalam dialog antar-agama. Panikkar adalah seorang pastor Katolik Roma, pakar Hindu, dan mempunyai hubungan yang kuat dengan Buddhisme, serta seorang profesor yang mengkhususkan diri dalam Perbandingan Filsafat Agama.[1] Riwayat hidupPanikkar lahir di Barcelona, Spanyol, ibunya beragama Katolik dan berkebangsaan Spanyol, Catalunya, sedangkan ayahnya seorang yang beragama Hindu dari India.[2] Sejak kecil Panikkar telah dididik dalam tradisi Katolik Roma Orthodoks dan dipengaruhi oleh tradisi Hindu-India dari ayahnya.[2] Ketika memasuki dunia pendidikan terutama ketika dia bergelut dengan pendidikan filsafat dan teologi, Panikkar mulai mengarahkan pemikirannya pada proses pertemuan antarkultur dan agama. Ia belajar dengan seorang guru bahasa Sanskerta asal Spanyol bernama Juan Mascaro karena ia ingin mempelajari budaya Sanskerta.[2] Panikkar telah meraih dua gelar doktor, yaitu pada tahun 1946 dalam bidang Filsafat yang berhubungan dengan ekologi dan kedua pada tahun 1958 dalam bidang kimia dengan sebuah tesis mengenai Filsafat Ilmu Pengetahuan.[2] Kemudian pada tahun 1961, Panikkar berhasil mengambil gelar doktor yang ketiga dalam bidang studi agama-agama. Panikkar menjadi seorang profesor studi agama-agama di Universitas California di Santa Barbara.[2] Dia juga menjadi profesor kehormatan di sebuah Sekoklah Tinggi Teologi Bersatu, Bangalore, dan sebagai pengajar lepas di Universitas Roma.[2] Dalam hidupnya, Panikkar banyak menyumbangkan karya besar dan terkenal terutama dalam bidang studi agama-agama.[2] Karya-karya tersebut berisikan pemikiran Panikkar mengenai pertemuan antarkultur dan tradisi religius dan bagaimana cara menjembatani suatu tradisi yang berbeda itu menjadi perpaduan yang menarik tanpa harus meninggalkan warna aslinya. PemikirannyaTentang FilsafatFilsafat bagi Panikkar adalah sebuah gaya hidup yang mengikutsertakan seluruh eksistensi dan tujuannya adalah sebagai sebuah transformasi fundamental bagi personalitas manusia, yaitu sebagai realitas yang tercermin dan terbentuk. Hal inilah yang menjadi dasar pandangan Panikkar memandang filsafat dalam dua prinsip, yakni filsafat sebagai "cinta akan kebijaksanaan dan kebijaksanaan akan cinta".[2] Tentang mistikBagi Panikkar, pengalaman akan mistik adalah sesuatu yang bermanfaat bagi keanekaragaman yang banyak dan kesatuan mendalam dari semua agama.[3] Melalui pengalaman mistik ini, Panikkar berusaha mengadakan dialog intereligius dengan bentuk proyek kosmotheandrik yang hendak mengatakan bahwa ada tiga dimensi yang menentukan dan membangun realitas dan merupakan sebuah kehidupan terdalam dari realitas, yaitu realitas Yang Ilahi, manusia dan dunia.[4] Knitter mengakui bahwa, Panikkar adalah seorang pluralis yang maverik di mana ia sikap yang netral dengan tidak memihak pada satu kelompok tertentu. Ia dapat menjaga jarak terhadap pihak-pihak yang kontradiktif dalam situasi dan kondisi perjumpaan antara agama. Dalam pandangannya akan agama yang beragam, Panikkar memahami yang "Misteri" dalam agama-agama adalah sebuah realitas yang tidak berada dalam dirinya sendiri - artinya tanpa manusia di dalam dunia.[2] Tentang KristusMenurut Panikkar, jika ingin berbicara tentang Allah atau agama, Allah atau Yang Ilahi itu sendiri beragam bukan hanya satu seperti halnya agama-agama.[4] Panikkar memahami inkarnasi Yesus sama dengan apa yang dipahami oleh Song yaitu, dikenal dengan istilah "The Unknown Christ of Hinduism" (Kristus yang tidak dikenal, di mana Yesus adalah Kristus namun Kristus bukanlah Yesus).[5] Allah menjadi manusia tidak hanya melalui Kristus atau dengan kata lain, Allah tidak berinkarnasi di dalam Yesus saja tetapi juga agama lain, seperti di dalam agama Hindu.[5] Kristus dan Yesus adalah dua tokoh yang berbeda menurut Panikkar.Kristus adalah misteri ilahi bukan satu realitas yang memiliki banyak nama, tetapi dalam setiap nama yang berbeda-beda di masing-masing agama, Kristus ada dan menyelamatkan (inilah salah satu pernyataannya dari bukunya The Unknown Christ of Hinduism).[4] Walaupun demikian Panikkar tetap menekankan kebenaran yang bertumpu pada firman yang menjadi daging untuk menolak semua unsur agama yang abstrak atau transenden dan untuk menekankan keluasan penyataan Allah yang tidak hanya dimonopoli oleh inkarnasi Kristus dalam Alkitab.[5] BibliografiBerikut ini adalah daftar dari sebagian dari karya tulis Panikkar:
Referensi
Pranala luar
|