Ragi KudusRagi Kudus, yang juga dikenal sebagai Malka (bahasa Suryani: ܡܲܠܟܵܐ, pengucapan [' mal ka:]),[1][note 1] adalah sebuah bubuk yang ditambahkan pada roti sakramental yang dipakai dalam Ekaristi. Dulunya, Ragi Kudus dipakai oleh Gereja dari Timur dan sekarang oleh Gereja Asiria Timur. Gereja Asiria adalah satu-satunya gereja yang menganggap Ragi Kudus menjadi salah satu dari tujuh sakramennya. Terdapat dua ritual yang diasosiasikan dengan Ragi Kudus: penambahannya pada roti sakramental sebelum dipanggang, dan pembaharuan harian dari Ragi Kudus itu sendiri dengan menambahkan bahan-bahan umum. Tak ada Ekaristi yang dapat ditampilkan dalam Gereja dari Timur tanpa roti yang ditahbiskan dengan Ragi Kudus. Asal muasal Ragi Kudus dianggap bermula pada Perjamuan Terakhir. Menurut tradisi, Rasul Yohanes menyimpan sepotong roti yang diberikan kepadanya oleh Yesus dan kemudian mencampurnya dengan darah Yesus setelah kematian-Nya. Substansi ini terpecah antara dua belas rasul yang memakaikannya dalam menyiapkan roti sakramentak sejak itu dan berhasil dilestarikan umat Kristen dari Timur. Penyebutan sejarah terawal dari Ragi Kudus berasal dari sekitar tahun 900, dan tradisi yang menghubungkannya dengan Perjamuan Terakhir relatif baru, bermula dari abad ke-13 dan ke-14. Ragi Kudus tampaknya adalah sebuah simbol yang dilembagakan oleh Kepatriarkhan Seleucia-Ctesiphon pada masa ekspansi sebagian besar misionaris dari Gereja dari Timur untuk menyatukan kongregasi. Ragi Kudus disajikan sebagai sebuah hubungan antara Perjamuan Terakhir dan setiap Ekaristi. Ini memiliki pengaruh khusus dalam Liturgi Addai dan Mari yang dipakai oleh Gereja Asiria, yang tidak mengulang lagu Firman-firman Institusi yang merupakan firman-firman yang diucapkan oleh Yesus saat Perjamuan Terakhir. Karena itu, Ragi Kudus disajikan sebagai penghubung material dalam firman-firman tersebut. Lihat pula
Catatan
Referensi
Karya yang dikutip
Bacaan tambahan
Pranala luar
|