Rafiq Uddin Ahmed lahir di desa Paril, Singair Upazilla, distrik Manikganj. Ia terlibat dalam demonstrasi mahasiswa pada tanggal 21 1952 yang meminta bahasa Bengali menjadi bahasa resmi Pakistan. Ketika polisi mulai menembak, kepala Rafiq tertembak dan ia tewas seketika.[1] Mayatnya dimakamkan di kuburan Azimpur. Namun, kuburannya kini telah hilang. Ia mendapatkan penghargaan Ekushey Padak pada tahun 2000 karena pengorbanannya.