Pura Sada (Prasada) ini berlokasi di Denpasar sekitar 15 kilometer ke Kapal melalui Sempidi dan Lukluk. Pura Sada ini dibangun Kerajaan Mengwi untuk menghormati para leluhurnya. Bentuk Pura Sada ini mirip dengan candi-candi di daerah Jawa Timur. Bagian tertua dari Pura tersebut berasal dari zaman Majapahit. Sebagian pura telah dipugar oleh Dinas Purbakala Bali karena kerusakan akibat gempa pada tahun 1917.
Sejarah
Pura Sada termasuk bangunan cagar budaya yang dibangun di masa kerajaan Mengwi pada abad 18. J.G Krijgman memugar pura tersebut hingga tahun 1949 dengan dibantu oleh masyarakat setempat. I Made Nama yang merupakan penduduk setempat juga banyak membantu proses pemugaran karena beliau termasuk orang yang mengetahui struktur pura sebelum terjadi gempa. Setelah pemugaran, tinggi pura 16 meter dan tubuh bangunannya pejal.
Kompleks Pura
Terdapat sebuah relung untuk menempatkan arca Dewa Siwa pada saat upacara di depan pura. Tiga relung lain yang terdapat di bagian timur pura digunakan untuk menempatkan arca Trimurti yaitu Wisnu-Brahma-Siwa. Selain itu, terdapat arca delapan dewa penjaga mata angin (Asatadikpalaka) dan ditemukan juga arca Saptaresi (7 Resi). Pada candi Bentar terdapat hiasan kepala kala yang terbelah dua (split head) di bagian depan dan belakang atas pintu gerbang. Bentuk kepala kala yang terbelah dua ini juga terdapat di Pura Taman Ayun, Mengwi.
Arsitektur
Pada bagian belakang kompleks pura terdapat paibon (offering place) yang digunakan untuk memuja leluhur yang terbuat dari batu bata setinggi 4 meter. Seluruh permukaan paibon berhiaskan kepala kala yang terbelah dua.[1]
Referensi
- ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 978-602-17669-3-4. OCLC 886882212.