Psikologi matematika adalah cabang dari psikologi yang berfokus pada penggunaan matematika, model perhitungan dan perkiraan kebiasaan makhluk hidup. Psikologi matematika mencakup pada penerimaan domain subtansi. Psikologi matematika dimulai dari fenomena psikologis dan didasarkan pada struktur atau proses yang terjadi.
Psikologi matematika dibangun antara matematika dan model statistik yang dipelajari bersama. Semisal, tujuan, pembelajaran dan memori, hukuman dan membuat keputusan yang diukur berdasarkan hubungan kebiasaan.[1]
Penerapan psikologi matematika baru mencapai kesuksesan sesuai harapan setelah 17 abad. Psikologi matematika secara kasar digunakan pada dua wilayah yaitu model matematika pada teori psikologi dan penelitian fenomena, pengukuran praktis pada psikometrik.
Kebiasaan manusia unik dan spontan ketika diberi respon dan stimulasi. Hukum webee menjelaskan bagaimana manusia berbeda-beda dalam menanggapi stimulasi dan bagaimana merespon variasi ukuran dan kekuatan stimulasi. Penerapa psikologi matematika dalam kehidupan termasuk dalam bidang pemasaran. Contoh, kemampuan memprediksi reaksi konsumen pada pemilihan produk. Dalam sebuah penelitian ketika seseorang dihadapkan pada sejumlah pilihan, orang-orang lebih lama dalam membuat pilihan.
Peneliti dapat mengukur perbedaan waktu reaksi untuk membantu menyesuaikan kampanye iklan. Disiplin ini juga memiliki penerapan dalam mengembangkan program dan produk pembelajaran. Penilaian Intelligence Quotient (IQ) dilakukan melalui statistik, yaitu alat matematika yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah psikologis. Para profesional kesehatan dapat memprediksi reaksi masyarakat terhadap kampanye kesehatan dan membangun pendidikan kesehatan berdasarkan data yang dapat memperbaiki kehidupan seluruh komunitas.
Referensi
- ^ Van Zandt, Trisha, and James T. Townsend (2012). Mathematical Psychology. Indiana Unyversity Bloomington. hlm. 369.