Prisma pasang surut atau dikenal dengan istilah Tidal Prism merupakan jumlah air yang mengalir masuk dan keluar muara (teluk) seiring dengan adanya banjir dan pasang surut yang mana tidak terhitung jika adanya kontribusi dari aliran air tawar.[1] Perubahan terkait dengan naik turunnya permukaan air laut yang disebabkan oleh kondisi astronomi menjadi hal yang dapat diprediksi sehingga adanya perubahan setiap harinya menjadi hal yang biasa terjadi.[2]
Pasang surut dapat diartikan sebagai pergerakan permukaan air dengan bentuk arah vertikal yang disebabkan oleh interaksi-interaksi, gaya, maupun benda angkasa. Pasang surut menjadi parameter yang dominan dalam hidrodinamika muara dan berpengaruh terutama menimbulkan efek pembendungan sehingga kecepatan aliran di muara sungai menjadi rendah ketika air laut mengalami pasang.
- Pasang surut setengah harian (semi diurnal) artinya dalam waktu 24 jam terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Pasang surut dapat terjadi diakibatkan oleh gaya tarik bulan (semi diurnal lunar tide) dan gaya tarik matahari (semi diurnal tide).
- Pasang surut harian (diurnal) artinya dalam waktu 24 jam hanya ada satu pasang dan satu surut.
- Pasang surut campuran artinya dalam waktu 24 jam pasang surut terjadi secara acak atau tidak beraturan. Pasang surut jenis ini terbagi menjadi dua yaitu pasang surut campuran condong ke bentuk semi diurnal dan pasang surut campuran condong ke bentuk diurnal.
Pengukuran prisma pasang surut
Prisma pasang surut dapat ditentukan menggunakan grafik hidrografi yang mana volume muara pada air rendah dan tinggi dihitung dari data sounding. Tidak hanya itu, prisma pasang surut juga dapat dihitung menggunakan teknik mengukur jumlah air yang mengalir ke muara.[1]
Prisma pasang surut dapat dihitung secara analitis apabila distribusi pada vertikal di mulut sungai diketahui dengan cara sebagai berikut:[3]
A= a1.Pm1
A= luas tampang aliran pada muka air rerata untuk kondisi pasang purnama dalam (m2)
P= prisma pasang surut (m2)
Penerapan prisma pasang surut
Perhitungan prisma pasang surut berguna dalam menentukan waktu tinggal air di muara. Untuk mengetahui berapa banyak air yang diekspor dibandingkan dengan berapa sisa air muara, maka dapat ditentukan berapa lama zat pencemar berada di muara tersebut. Apabila prisma pasang surut membentuk sebagian besar air di muara pada saat air pasang maka ketika air pasang surut, prisma akan membawa serta sebagian besar air dan segala polutan atau sedimen yang tersuspensi dalam air tersebut. Sebaliknya, jika muara lebih dalam, maka jumlah air yang dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai proporsi yang lebih kecil dari total air. Perbedaan antara pasang naik dan surut ini tidak terlalu besar seperti muara yang lebih dangkal sehingga menghasilkann prisma pasang surut yang lebih kecil dan waktu tinggal yang lebih lama.
Karena prisma pasang surut sebagian besar merupakan fungsi dari wilayah perairan terbuka dan rentang pasang surut, prisma ini dapat diubah dengan mengubah wlayah cekungan muara dan saluran masuk seperti pada pengerukan. Namun, jika muara atau saluran masuk dikeruk, atau ukurannya diubah, saluran akan terisi sedimen hingga kembali ke keseimbangan prisma pasang surut.[4]
Model dan asumsi prisma pasang surut
Pada prisma pasang surut terdapat asumsi atau model penerapan. Yang pertama, penerapan dilakukan pada muara yang lebih kecil (memiliki lebar kurang dari beberapa kilometer) dan kedua, penerapan yang dilakukan pada muara yang tercampur dengan baik di bagian dalam. Kemudian diasumsikan bahwa air yang masuk ke muara berasal dari salinitas laut yang bercampur dengan debit sungai segar dan air campuran tersebut akan dibuang pada saat pasang surut.[5]
Referensi
- ^ a b Hume, Terry M. (2005). Schwartz, Maurice L., ed. Tidal Prism. Encyclopedia of Earth Science Series (dalam bahasa Inggris). Dordrecht: Springer Netherlands. hlm. 981–982. doi:10.1007/1-4020-3880-1_320. ISBN 978-1-4020-3880-8.
- ^ "Tidal prism | hydrology | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-04.
- ^ a b Suprayogi, I., Fatnanta, F., & Bochari. (2011). Pengembangan model peramalan intrusi air laut di estuari menggunakan pendekatan softcomputing. Laporan Akhir Penelitian Fundamental: Universitas Riau.
- ^ Davis, R., D.M. Fitzgerald. 2004. Beaches and Coasts. Blackwell Science Ltd. Malden, Ma
- ^ Lakhan, VC (ed). 2003. Advances in Coastal Modelling. Amsterdam, the Netherlands; Elsevier B.V.pp.