Prasasti kelaparanPrasasti kelaparan atau dikenal dalam Bahasa Inggrisnya, famine stela adalah ukiran di atas batu besar yang menggambarkan peristiwa kelaparan besar selama 7 tahun pada masa Mesir Kuno, tepatnya masa pemerintahan Firaun Djoser dari Dinasti Ketiga. Prasasti ini menggunakan huruf hieroglif, dan terletak di Pulau Sehel di Sungai Nil, di dekat Aswan, Mesir. Prasasti ini diperkirakan baru dibuat beberapa waktu setelah kelaparan terjadi, pada masa Kerajaan Ptolemy, sekitar 332 - 31 SM. Batu yang memuat prasasti ini terbelah dua akibat keretakan yang sebenarnya sudah terjadi saat dibuat dan beberapa huruf mengalami kerusakan, sehingga tulisan tidak bisa diterjemahkan sepenuhnya. Kemiripan dengan Kisah YusufCatatan 7 tahun kelaparan dan besarnya kepercayaan Firaun yang diberikan kepada Imhotep menghasilkan dugaan bahwa keduanya adalah orang yang sama. Namun beberapa perbedaan tetap terjadi. Imhotep, misalnya mendasarkan solusi kelaparan kepada mimpi dirinya sendiri, sementara Yusuf menafsirkan mimpi Firaun. Imhotep yang juga tokoh relijius beriman kepada Dewa Bangsa Mesir, sementara Yusuf percaya kepada Tuhan Bangsa Israel. Yusuf dalam alkitab juga tidak diserahi tugas membangun piramida untuk peristirahatan terakhir Firaun, sementara Imhotep membangun bentuk piramida awal yang diukir dengan namanya sebagai pembuat. Isi prasastiPrasasti bercerita mengenai kepemimpinan Djoser di tahun kedelapan belas. Dalam prasasti ini, Firaun Djoser marah dan khawatir saat kekeringan melanda wilayahnya dan kelaparan terjadi selama 7 tahun lamanya, karena air Sungai Nil tidak cukup untuk menggenangi wilayah pertanian di sekitarnya. Di dalamnya juga tertulis penderitaan Rakyat Mesir karena kekeringan sehingga mereka jadi putus asa dan bahkan melawan hukum yang berlaku. Djoser kemudian meminta tolong pemuka agama, bahkan pemimpin agama tertinggi, Imhotep untuk memberi arahan. Ia begitu ingin tahu di mana dewa Sungai Nil, Hapi, lahir dan menetap. Imhotep kemudian menyelidiki berbagai berkas kuil hwt-Ibety di Hermopolis, yang digunakan untuk menyembah Dewa Thoth. Ia memberitahu Firaun bahwa aliran Sungai Nil dikendalikan Dewa Khnum di Elephantine, dari mata air di pulau tersebut, yang merupakan singgasana Sang Dewa. Imhotep kemudian langsung berangkar ke lokasi tersebut. Di Kuil Khnum, yang disebut juga "Kesenangan Hidup", Imhotep mensucikan dirinya, berdoa untuk Khnum, dan mempersenbahkan berbagai sesajian. Khnum kemudian mendatanginya setelah tertidur. Sang Dewa memperkenalkan diri dan menjelaskan kekuatannya. Di akhir mimpi, Khnum berjanji akan membuka kembali aliran Sungai Nil. Imhotep terbangun, mencatat semua mimpinya, dan melapor kepada Firaun Djoser.. Djoser puas dengan laporan ini, dan meminta semua pemuka agama, penis, dan pekerja, memperbaiki kembali Kuil Khnum dan mengadakan sesembahan rutin kepada Sang Dewa. Ia juga mempersembahkan Kuil untuk Khnum di daerah sekitar perbatasan Aswan dan Tachompso, beserta seluruh komoditas yang diimpor dari Nubia.
|