Seorang poète maudit (pengucapan bahasa Prancis: [p??tmodi] penyair yang terkutuk) adalah seorang penyair yang menjalani kehidupan di luar atau melawan masyarakat.[1]
Banyak poète maudit yang mati muda karena penyalahgunaan obat dan alkohol, kegilaan, kejahatan, kekerasan, dan dosa sosial lainnya.
Poète maudit yang pertama adalah François Villon (1431 - 1474), namun pada saat itu istilah poète maudit belum ada, sampai pada abad ke 19 oleh Alfred de Vigny pada tahun 1832 dalam drama Stello dimana dia menyebut puisinya sebagai "la race toujours maudite par les puissants de la terre" (Bangsa yang akan selalu dikutuk oleh oleh kekuatan bumi). Charles Baudelaire, Paul Verlaine dan Arthur Rimbaud bisa dianggap sebagai contoh poète maudit. Lautréamont atau Alice de Chambrier juga dianggap sebagai poète maudit.
Istilah ini mulai umum digunakan sejak antologi Verlaine. Awalnya Ia hanya menggunakannya pada tulisan di bukunya, namun akhirnya istilah ini menjadi sebuah nama bagi penulisnya (atau bahkan artis secara umum) yang hidup dan karyana di luar atau bertentangan dengan masyarakat sosialnya. Sebagai contoh, penyair dan penerbit Pierre Seghers menerbitkan antologi "Poètes maudits d'aujourd'hui: 1946-1970" (Para penyair terkutuk saat ini) di Paris tahun 1972, mengumpulkan penulis seperti Antonin Artaud, Jean-Pierre Duprey dan 10 lainnya, beberapa diantaranya menjadi sangat terkenal (seperti Artaud).