Plasenta previa adalah plasenta dengan perdarahan yang terletak di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa umumnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu plasenta previa maginalis, plasenta parsialis, dan plasentas totalis.[6]Wanita yang mengalami kehamilan pertama pada umur 35 tahun ke atas memiliki kemungkinan mengalami plasenta previa yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami kehamilan pertama pada umur kurang dari 25 tahun.[7] Plasenta previa menjadi salah satu penyebab berat badan lahir rendah pada bayi.[8]
Penyebab
Plasenta previa dapat terjadi karena beberapa faktor yang berkaitan dengan implantasi plasenta. Faktor utama yaitu adanya bekas luka hasil operasi rahim yang mengurangi jumlah darah yang mengalir ke pembuluh darah di sekitar segmen bawah rahim. Hal ini umumnya terjadi pada kehamilan kembar yang memperlus permukaan plasenta dan mendekati atau menutupi pembukaan jalan lahir. Faktor lain yang menyebabkan plasenta previa ialah kehamilan molar atau tumor.[7]
Klasifikasi
Plasenta previa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta previa letak rendah. Plasenta previa totalis menutupi seluruh ostium uteri internum, sedangkan plasenta previa parsialis menutupi sebagian ostium uteri internum. Plasenta previa marginalis berada di pinggir ostium uteri internum, sedangkan plasenta previa letak rendah terletak abnormal dan tidak menutupi ostium uteri internum.[9]
Gejala
Plasenta previa muncul tanpa pada perdarahan saat penderita tidak sedang beraktifitas dengan warna merah segar dan tanpa rasa nyeri. Gejala lain yang timbul ialah posisi sungsang pada kepala janin yang belum masuk ke pintu atas panggul. Gejala lain dapat timbul sesuai dengan prognosis janin yang ditentukan oleh banyaknya perdarahan dan usia kehamilan.[9]
Rujukan
^Palacios-Jaraquemada, JM (April 2013). "Caesarean section in cases of placenta praevia and accreta". Best Practice & Research. Clinical Obstetrics & Gynaecology. 27 (2): 221–32. doi:10.1016/j.bpobgyn.2012.10.003. PMID23127895.
^Allahdin, S; Voigt, S; Htwe, TT (2011). "Management of placenta praevia and accreta". Journal of Obstetrics and Gynaecology. 31 (1): 1–6. doi:10.3109/01443615.2010.532248. PMID21280984.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cresswell, JA; Ronsmans, C; Calvert, C; Filippi, V (June 2013). "Prevalence of placenta praevia by world region: a systematic review and meta-analysis". Tropical Medicine & International Health : TM & IH. 18 (6): 712–24. doi:10.1111/tmi.12100. PMID23551357.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Saifuddin, dkk. (1993). Kamus Obstetri dan Ginekologi(PDF). Jakarta: Pusat Pemblnaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 99.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abArmini, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2(PDF). Surabaya: Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga. hlm. 38. ISBN978-602-6593-02-3. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2021-02-09. Diakses tanggal 2021-02-04.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Muchtar, dkk. (2014). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak(PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. hlm. 115. ISBN978-602-235-808-4. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2021-06-17. Diakses tanggal 2021-02-04.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)