Pita frekuensi C disebut juga pita C (bahasa Inggris: C-band) adalah satuan spektrum frekuensi yang pertama kali ditemukan dalam sistem komunikasi satelit. Pita frekuensi ini memiliki besaran 3.7 hingga 4.2GHz untuk downlink dan 5.925-6.425GHz untuk uplink. Frekuensi yang dimiliki pita C tergolong kecil di banding pita frekuensi terbaru seperi Ku atau Ka. Meski demikian, pita C memiliki kelebihan utam menghadapi cuaca buruk seperti hujan atau badai.[1] Pita C membutuhkan parabola dengan diameter yang lebar sekitar 6’ (kaki) namun bisa bervariasi hingga 3’ atau 9’ tergantung seberapa kuat sinyal yang harus diolah. Karena kenampakannya yang besar, terkadang parabola jenis ini disebut juga Big Ugly Dish (BUD).[1] Pita C Masalah lainnya adalah terjadi banyak gangguan yang terdapat pada pita C yang disebabkan oleh banyaknya satelit lain yang menggunakan frekuensi yang sama. Atau gangguan lain yang disebabkan oleh gelombang mikro daratan/ terestrial.[2]
Indonesia adalah negara yang hingga saat ini masih menggunakan satelit dengan tenaga frekuensi pita C meskipun kuotanya telah penuh. Alasan pemerintah RI adalah kondisi cuaca di Indonesia yang lebih sering hujan sehingga tidak cocok menggunakan satelit dengan teknologi pita frekuensi Ku atau Ka.[3]
Rujukan
- ^ a b (Inggris) TechFaq. "C-Band".
- ^ (Inggris) Level421. "The C Band Myth". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-05. Diakses tanggal 2015-01-27.
- ^ (Inggris) Space Journal Ohio. "Sudah waktunya menggunakan Ku-Band di Indonesia".