Pierre-Philibert Maubant
Pierre-Philibert Maubant (20 September 1803 – 21 September 1839) adalah seorang pastor kelahiran Vassy, Perancis. Setelah ditahbiskan menjadi imam, dia bergabung dengan Serikat Misi Paris (Paris Foreign Missions Society / Société des Missions étrangères de Paris disingkat menjadi M.E.P.) pada tahun 1831. Dia dikirim ke Tiongkok di mana dia menawarkan diri untuk pergi ke Korea. Beliau menjadi misionaris Perancis pertama yang masuk ke Korea. Pada tahun 1836, dia menyamar sebagai seorang pelayat, dia menyebrangi perbatasan Uiju melalui sebuah parit dan tiba dengan selamat di Seoul 15 hari kemudian. Dia selalu bepergiaan menggunakan pakaian berkabung yang menutupi seluruh tubuhnya, Dia mendengarkan pengakuan dosa umat Katolik dalam tulisan Tionghoa ataupun melalui penerjemah. Pastor Chastan yang datang kemudian ke Korea setelah beliau, mereka berdua harus bertahan dengan kesulitan dan lingkungan yang asing dari negeri itu, mereka diam di gubuk kecil dari tanah liat dan makan dengan makanan yang buruk. Akhirnya dia sakit berat dan menerima ritual terakhir (doa dan sakramen-sakramen yang diberikan sebelum seorang Katolik meninggal, seperti Komuni Suci, Pengakuan Dosa, dan Pengurapan Orang Sakit, namun sakramen Pengurapan Orang Sakit itu sendiri bukan ritual terakhir) dari Pastor Chastan. Penyakitnya disembuhkan karena mukjizat tiga bulan kemudian. Pastor Maubant dan Pastor Chastan menghitung jumlah umat Katolik dengan jumlah sekitar 6.000 jiwa. Kedua misionaris ini mendirikan stasi-stasi misi, kebanyakan di tempat terpencil di pegunungan, dan mengunjungi mereka secara berkala. Di setiap stasi misi, mereka menunjuk seorang katekis. Pada tahun 1837 saja, mereka membaptis 1.237 orang, mendengarkan 2.087 pengakuan dosa, dan membagikan Komuni Suci kepada 1.950 orang. Pastor Maubant merasa perlu untuk memiliki seorang imam lokal Korea, sehingga pada akhir tahun 1836, dia memilih tiga anak laki-laki untuk menjadi seminaris mereka adalah Fransiskus Xaverius Choe Pang-je, Andreas Kim Tae-gon, dan Thomas Choe Yang-up. Dia mengajarkan mereka bahasa Latin, dan kemudian mengirimkan mereka ke Makau. Seminaris muda itu tiba di Makau setelah delapan bulan perjalanan melewati Manchuria, Mongolia dan Tiongkok. Mereka belajar di bagian Pengadaan Serikat Misi Paris di Makau. Keberadaan misionaris asing ini diketahui oleh banyak orang dan pejabat pemerintahan. Pemerintah Korea menangkap banyak umat Katolik untuk mencari tahu di mana tempat para misionaris tinggal. Uskup Imbert berpikir bahwa lebih baik untuk menyerahkan diri mereka untuk mengurangi masalah bagi umat Katolik. Beliau memerintahkan Pastor Maubant dan Pastor Chastan untuk menyerahkan diri. Pastor Maubant dan Pastor Chastan membuat laporan final mereka kepada Tahta Suci; Umat Katolik: 10.000 jiwa; Pembaptisan: 1200; Krisma: 2.500; Pengakuan Dosa 4.500; Komuni Suci: 4.000; Perkawinan: 150; Pengurapan Orang Sakit: 60; Katekumen: 600. Kemudian mereka menyerahkan diri mereka kepada pejabat pemerintah di Hongju. Ketiga misionaris Perancis ini dijatuhi hukuman mati dan dipenggal di Saenamteo di dekat Sungai Han pada tanggal 21 September 1839. Pada saat itu, Pastor Maubant berusia 35 tahun. Jenazah mereka dimakamkan di Gunung Samsongsan dan kemudian dipindahkan ke ruang bawah tanah (yang berada di bawah altar utama) di Katedral Myeongdong.[1] Referensi
|