Phuentsholing berbatasan dengan kota Jaigaon di India. Perdagangan lintas batas telah menghasilkan ekonomi lokal yang berkembang. Di kota ini dulunya menjadi tempat kantor pusat Bank Bhutan namun telah beralih ke Thimphu. Pada tahun 2005, Phuentsholing memiliki populasi 20.537 jiwa.[4]
Sejarah
Pada 1958, mantan Perdana Menteri Jigme Dorji memberitahu penduduk Phuentsholing bahwa mereka boleh mendirikan bangunan dari beton. Kelompok perusahaan Tashi membangun bangunan beton pertama kemudian diikuti oleh orang Tibet dan India. Beberapa bangunan yang ada sampai hari ini adalah bangunan perumahan Bhutan Enterprise, toko Jatan Prasad Lal Chand Prasad dan salon kecantikan dekat Zantdopelri lhakhang. Setelah pengumuman tersebut, 18 toko dibangun di sekitar kawasan Zangdopelri. Di wilayah Zangdopelri terdapat sebuah terminal bus dan setiap hari Sabtu sebuah pasar akan diadakan di sana. Selain itu, beberapa bangunan lain termasuk kota Phuentsholing mulai berkembang.[5]
Pada tanggal 5 April1964, Perdana Menteri Jigme Dorji dibunuh di Phuntsholing oleh kader monarki ketika sang raja sedang terbaring sakit di Swiss. Setelah kejadian itu, keluarga Dorji kemudian diawasi ketat.[6]
Arsitektur
Perbatasan India dengan Bhutan di Phuntsholing memisahkan masyarakat dan budayanya yang sangat berbeda. Jarak lintas perbatasan Jaigaon lebih besar, ramai dan bising, mirip dengan kebanyakan pusat perdagangan di Bengal Barat lainnya, meskipun banyak dari pembelinya adalah orang Bhutan. Phuntsholing secara unik lebih urban daripada kota-kota lainnya di Bhutan karena merupakan ibu kota keuangan, industri, dan perdagangan Bhutan. Kota ini telah sedikit terpengaruh oleh budaya kota tetangganya, tetapi jelas jauh lebih sepi dan tertib daripada kota tetangganya.
Ekonomi
Karena sebagian besar barang diperdagangkan ke Bhutan melalui Phuntsholing menjadikan kota ini sebagai pintu gerbang menuju Bhutan untuk melakukan perdagangan dengan India.
Perbatasan dengan India
Perbatasannya dipisahkan oleh tembok panjang dengan satu gerbang milik Bhutan. Bahkan terkadang warganya bisa menyeberang perbatasan tanpa dimintai surat-surat. Wisatawan dari India, Bangladesh, dan Maladewa tanpa menggunakan visa diperbolehkan memasuki Bhutan namun harus menunjukkan bukti identitas seperti paspor atau kartu identitas pemilih dan mengajukan permohonan izin di Phuntsholing untuk memasuki Bhutan. Sementara untuk orang asing lainnya, yang dipandu oleh pemandu wisata yang disewa, memerlukan visa. Pintu gerbang masuk ke kota dijagai oleh Angkatan Darat India dan Angkatan Darat Bhutan. Medan mulai melandai segera setelah melewati pintu gerbang.
Transportasi
Kota ini tidak memiliki bandara ataupun rel kereta api. India memiliki stasiun kereta api di dekat perbatasan. Rel kereta api sepanjang 20 km telah direncanakan untuk dibangun dari stasiun kereta api terdekat di Benggala Utara menuju Phuntsholing.
Siliguri adalah kota besar terdekatnya di India. New Jalpaiguri dan New Alipurduar adalah persimpangan rel kereta api terdekat. Bus tersedia dari kota-kota di Benggala Utara. Bus dioperasikan oleh kedua operator perjalanan pemerintah India dan Bhutan. Di Phuntsholing pernah dibuat jalan lateral yang memberikan wisatawan akses ke seluruh Bhutan. Dari hampir seluruh tempat di kota itu, seseorang dapat melihat jalan menuju Thimphu mengular ke atas bukit dan ketika malam hari sangat mudah untuk melihat lampu kendaraan dari jauh menuju ibu kota. Jalan lateral, yang merupakan jalan raya utama Bhutan, dimulai di Phuntsholing dan memanjang sejauh 557 kilometer[7] menuju Trashigangin di arah timur.