Philip Jaisohn atau Seo Jae-pil (7 Januari 1864 - 5 Januari 1951) adalah jurnalis, aktivis, dokter, dan negarawan dari Korea. Awalnya Seo dikenal akan upayanya dalam kudeta terhadap Dinasti Joseon lalu akhirnya banyak berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan dan moderenisasi Korea di abad ke-20.[1][2]
Masa kecil, pendidikan dan pekerjaan awal
Seo Jae-pil lahir di Boseong, Jeolla, pada tanggal 28 Oktober 1866. Ayahnya adalah Seo Gwang-eon, bekas pejabat di Provinsi Jeolla. Pada usia 7 tahun Seo pindah ke Seoul karena diadposi oleh sanak saudaranya.[1] Masa kecil ia lalui dengan belajar sastra Tionghoa.
Dengan lulus Ujian Kenegaraan pada tahun 1882, ia mendapat gelar sarjana literati yang berarti ia bisa mendapatkan pekerjaan dalam pemerintahan. Namun, dalam pandangannya sarjana literati semakin lama tidak akan berguna karena semakin terbukanya Korea terhadap dunia internasional.[1] Negaranya lebih membutuhkan pakar-pakar yang dapat membantu Korea menghadapi moderenisasi. Karena itu ia lebih memilih untuk melanjutkan sekolah di luar negeri.[1] Pada tahun 1883 ia mendapat beasiswa ke Jepang.
Ia melanjutkan pendidikan di Jepang di sekolah militer Rikugun Toyama Gakko. Selama di Jepang, ia berhubungan baik dengan Kim Ok-gyun. Pada tanggal 31 Mei 1884 ia lulus dan kembali ke Korea. Di Seoul ia melaporkan kepada raja tentang kemajuan Jepang dan kelemahan-kelemahan militer Korea. Ia menyarankan agar dilakukan reformasi dan menolak campur tangan pihak-pihak asing terhadap urusan dalam negeri.[1]
Kudeta Gapsin
Ia mendapat pekerjaan di biro pelatihan militer, tetapi tak begitu lama keluar. Pada saat itu Dinasti Qing sangat berpengaruh dalam politik Korea. Seo dan 4 tokoh moderenisasi Kim Ok-gyun, Park Yeong-hyo, Seo Gwang-beom dan Hong Yong-sik, melakukan kudeta terhadap Dinasti Joseon pada tanggal 4 Desember 1884. Peristiwa ini disebut juga dengan "Kudeta Gapsin". Beberapa tokoh oposisi konservatif sepert Min Yong-mok, Min Tae-ho dan Cho Yong-ha dibunuh, sementara Raja Gojong ditangkap. Seo dan beberapa orang revolusioner mendirikan pemerintahan reformasi sementara. Pemerintahan meraka tak berlangsung lama karena dalam tiga hari pasukan Tiongkok telah datang dalam jumlah besar untuk memulihkan pemerintahan.
Kehidupan di Amerika Serikat
Demi menyelamatkan hidupnya, para pelaku kudeta melarikan diri ke Jepang, sementara Seo Jae-pil ke Amerika Serikat. Keluarga Seo di Korea semuanya dieksekusi. Di San Fransisco, Seo mengerjakan berbagai macam pekerjaan demi masuk sekolah. Ia bertemu dengan seorang profesor dari Lafayette College yang bersedia membantunya masuk ke sekolah persiapan masuk universitas sambil bekerja sampingan. Namun ketika profesor itu jatuh sakit, Seo memutuskan berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Ia tinggal selama beberapa saat di Philadelphia, lalu pindah ke Washington D.C dengan maksud untuk menemui Presiden Cleveland. Walau tak berhasil bertemu dengan presiden, seorang sekretaris presiden menawarkannya surat introduksi yang membuatnya bisa mendapat pekerjaan sebagai penerjemah Bahasa Jepang di Army Medical Library dengan gaji yang memuaskan. Di tempat ini ia berhasil masuk ke Universitas George Washington jurusan kedokteran shift malam. Ia lulus pada tahun 1895 dan menjadi orang Korea pertama yang menerima gelar dokter dari universitas di Amerika. Setelah lulus ia bekerja sebagai asisten Dr. Walter Reed. Ia menikah dengan orang Amerika dan memilih menjadi warga negara Amerika Serikat.
Kembali ke Korea dan peran dalam Tongnip Sinmun
Pada tahun 1896 keadaan dalam negeri Korea telah jauh berbeda. Jepang telah memenangkan perang dengan Tiongkok dan semakin lama semakin besar keinginannya merebut Korea. Pada tahun itu Seo Jae-pil pulang ke Korea tanpa takut akan perannya dalam kudeta tahun 1884. Ia ditawarkan untuk menduduki jabatan penting dalam pemerintahan namun karena ia warga negara Amerika, ia memutuskan untuk menerima jabatan sebagai penasehat pemerintah. Pada tanggal 7 April 1896 (saat itu usianya 30 tahun), ia membuka kantor surat kabar pertama di Korea, Tongnip Sinmun (The Independent). Surat kabar ini dicetak dalam Bahasa Inggris dan Korea, diterbitkan tiga kali seminggu. Ia berkeinginan untuk mewartakan informasi kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dipahami, tanpa adanya pemakaian hanja yang hanya dimengerti oleh kaum elit. Pada tahun yang sama, Klub Kemerdekaan didirikan. Klub ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, menyebarkan ide-ide moderenisasi dan pembaharuan. Beberapa tokoh oposisi di dalam pemerintahan, tidak menginginkan perubahan dan moderenisasi, membuat Seo Jae-pil harus meninggalkan Korea pada tahun 1898. Seo membantu perjuangan kemerdekaan Korea selama masa penjajahan Jepang dari Amerika Serikat. Ia kembali setelah Korea merdeka di akhir Perang Dunia II.
Referensi