Eropa diambang bahaya yang diakibatkan krisis lingkungan. Eropa ternyata lebih sering menghadapi kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Badan Lingkungan Hidup Eropa (EEA) di dalam satu laporannya (Rabu;25/1) menyebutkan di antara cuaca ekstrem tersebut ialah makin seringnya dan makin kuatnya gelombang panas, banjir, kemarau dan topan. EEA mengkaji kecenderungan terakhir dan proyeksi mengenai perubahan iklim serta dampaknya di seluruh Eropa
Tindakan, kebijakan dan strategi penyesuaian diri yang lebih baik dan lebih luwes akan penting untuk mengurangi dampak tersebut, karena hampir seluruh wilayah Eropa rentan terhadap perubahan iklim.
Di antaranya ialah Eropa Selatan dan Tenggara diproyeksikan menjadi tempat utama perubahan iklim. Wilayah itu diperkirakan menghadapi jumlah dampak yang paling merugikan. Pada saat yang sama, di bagian barat Eropa, daerah pantai dan dataran rendah juga terlihat menjadi tempat utama menghadapi peningkatan risiko banjir akibat kenaikan permukaan air laut dan kemungkinan peningkatan terjangan topan.
Eropa Harus Bersiap dengan Cuaca Ekstrim
Kota-kota di seluruh Eropa diperingatkan untuk menyesuaikan diri dengan pemukulan yang mereka hadapi dari badai yang hebat karena kejadian cuaca ekstrem semakin sering terjadi.
Kenaikan Cuaca Ekstrim
Selama tiga dekade terakhir, Eropa telah melihat peningkatan 60 dalam peristiwa cuaca ekstrem, dan salah satu contoh terdokumentasi yang paling dramatis berasal dari Venesia, di mana air meningkat dan banjir menjadi masalah serius.
Satu abad yang lalu, hanya ada satu atau dua banjir setahun rata-rata. Namun di 2014, ada 125 di mana ombak meluap ke kota - dibandingkan dengan hanya 35 di 1983 dan 44 di 1993. Tujuh dari banjir 2014 digolongkan sebagai ekstrim, dibandingkan dengan hanya satu di 1983.
Kota-kota Eropa adalah pusat inovasi dan pertumbuhan benua. Mereka menampung sekitar 75% populasi dan menggunakan sekitar 80% energi yang dihasilkan.
"Karena konsentrasi manusia dan aset ekonomi, kota dan kota sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk dampak pada kesehatan, infrastruktur dan kualitas hidup, dengan masyarakat miskin kota menjadi segmen masyarakat yang paling terkena dampak, "kata Alessandra Sgobbi, petugas kebijakan di Unit Adaptasi CLIMA DG.
Contoh biaya terkini dari cuaca ekstrem termasuk badai banjir dan musim dingin di Inggris di 2014, yang menghabiskan sekitar € 20 miliar untuk gangguan ekonomi dan kerusakan. Kerugian akibat banjir di Genoa, Italia, pada tahun yang sama sebesar € 100 juta.
"Krisis yang diantisipasi dengan baik sering kali berarti bahwa banyak nyawa dan properti diselamatkan"
Kebodohan manusia sering membuat kota rentan karena perencanaan yang buruk atau desain bangunan yang buruk di daerah rawan risiko, kata Sgobbi. Misalnya, daerah perkotaan 23 di Prancis memiliki lebih dari penduduk 100,000 yang berada di zona banjir.
Para ahli memperkirakan bahwa, kecuali jika tindakan diambil sekarang, biaya ekonomi ke kota-kota Uni Eropa yang mengalami kerusakan badai bisa melebihi € 190 miliar per tahun oleh 2070.
"Kota mewakili taruhan terbesar, namun setiap komunitas memiliki sarana khusus untuk mengelola risiko, dan ada pula yang lebih siap dari yang lain," kata Yann Eglin, insinyur manajemen risiko di Lembaga Penelitian Sains dan Teknologi Nasional untuk Lingkungan Hidup dan Pertanian (IRSTEA) di Perancis.
Paris adalah salah satu kota di Prancis yang mengalami kerusakan parah setelah hujan deras di awal Juni tahun ini. Jaringan listrik, ruang bawah tanah museum Louvre, bagian dari sistem metro dan jalur kereta api semuanya terpengaruh.
"Kapan pun ada banjir, tim penyelamat perlu mengetahui semua titik di mana air dapat masuk ke jaringan transportasi bawah tanah, sehingga mereka dapat memasang perangkat untuk melindungi pintu masuk stasiun, ventilasi udara dan saluran lain yang mungkin membiarkan air masuk," kata Charles. Perrin, seorang ahli hidrologi di IRSTEA.
Para ilmuwan menekankan perlunya perencanaan dan persiapan untuk menghindari pemborosan waktu saat peringatan banjir dikeluarkan. "Krisis yang diantisipasi dengan baik sering kali bisa berarti bahwa banyak nyawa dan harta benda selamat," kata Eglin. "Mempersiapkan kembalinya ke normalitas sama pentingnya. Inilah yang membuat kota tangguh, "
Komunitas ilmiah mencoba untuk menemukan metode untuk melindungi terhadap kondisi cuaca yang ekstrem.
Cuaca ekstrem, angin kencang dan banjir menyebabkan gangguan dan kerusakan yang meningkat di kota-kota Eropa, dan pihak berwenang setempat dan para ilmuwan diberi peringatan bahwa mereka perlu bertindak bersama untuk mengurangi dampaknya.
Karena badai tidak menghormati batas negara, peramalan cuaca jangka panjang regional perlu dikembangkan sehingga peringatan dini dapat diberikan untuk semua area yang mungkin berada di jalur cuaca ekstrem, kata Komisi Eropa Direktorat Jenderal Aksi Iklim (DG CLIMA).
Segera dimulai, semua kota dan kota di seluruh Eropa harus dinilai untuk kerentanan mereka terhadap banjir dan bahaya lainnya, menurut DG CLIMA, yang memimpin upaya Komisi Eropa untuk memerangi perubahan iklim di Uni Eropa dan tingkat internasional.
Ketika badai datang - seperti mau tidak mau mereka akan, dengan frekuensi yang meningkat - persiapan ini akan membantu melindungi orang, pasokan listrik dan mencegah gangguan pada sistem jalan, kereta api dan bawah tanah. Layanan darurat akan mengetahui terlebih dahulu tempat mana yang paling mungkin membutuhkan bantuan.
Suhu di Benua Eropa meningkat drastis
Khalayak di sebagian wilayah Eropa mengalami panas terik ketika gelombang panas kedua dalam pertengahan 2014 memecahkan rekor suhu tertinggi.
Akibat gelombang panas kali ini, seperti kejadian serupa pada Juni lalu, menyebabkan kebakaran hutan, membengkoknya rel kereta, hingga memunculkan peringatan soal kualitas udara dan kekurangan air.
Di Prancis, peringatan merah dikeluarkan tatkala Paris dilanda suhu 40,6 derajat Celsius. Adapun rekor temperatur di Belgia, Jerman, dan Belanda amat mungkin dipecahkan untuk kedua kalinya dalam dua hari.
Juli 2014, Prancis mencatat suhu paling tinggi sepanjang masa, yaitu 46C. Pada periode yang sama rekor dipecahkan di Republik Ceko, Slowakia, Austria, Andorra, Luxemburg, Polandia, dan Jerman.
Selagi gelombang panas terus mendera Eropa, sejumlah pakar menuturkan kepada BBC bahwa kejadian ini bakal semakin sering.
Mengapa terjadi sekarang?
Gelombang panas melanda kawasan Eropa bagian utara saat tekanan tinggi atmosfer menarik udara panas dari Afrika Utara, Portugal, dan Spanyol sehingga suhu dan kelembaban meningkat.
Timothy Hewson, pemimpin tim prakiraan di Pusat Prakiraan Cuaca Jarak Menengah Eropa (ECMWF), mengatakan langit cerah menambah kekuatan sinar matahari dan kian meningkatkan suhu.
Menurutnya, kondisi tanah kering juga berkontribusi lantaran penguapan semakin jarang.
Gelombang panas sejatinya bukan jarang terjadi. Namun, menurut para pakar cuaca, gelombang panas diperkuat oleh peningkatan suhu global dan sepertinya menjadi lebih sering—salah satu dari sekian dampak pemanasan global yang dapat diprediksi.
Seorang ahli iklim dari lembaga meteorologi Inggris, Grahame Madge, mengatakan kepada BBC bahwa variasi cuaca memang terjadi alamiah, namun lantaran dunia satu derajat lebih panas daripada taraf pada masa pra-industri sehingga cuaca ekstrem akan lebih dimungkinkan.
"Ketika sekarang kita mengalami gelombang panas, amat mungkin suhu lebih panas satu derajat atau lebih. Gelombang panas ini masih tergolong kejadian ekstrem, tapi juga semakin sering," jelasnya.
Suhu tertinggi di Eropa yang pernah tercatat adalah 48C di Athena pada Juli 1977. Namun, secara rata-rata dari daftar 20 tahun terhangat sejak pencatatan dimulai, semuanya terjadi dalam kurun 22 tahun terakhir.
Sebuah kajian sains kelompok World Weather Attribution yang meneliti gelombang panas di Eropa tahun lalu menyimpulkan bahwa suhu tinggi di kawasan tersebut amat mungkin disebabkan kegiatan manusia yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Jika tren saat ini terus berlanjut, kajian itu menyebutkan gelombang panas di seantero Eropa bisa terjadi setiap tahun sampai 2040-an, dengan kemungkinan suhu rata-rata meningkat antara 3C hingga 5C pada 2100.
Apa yang dimaksud dengan gelombang panas?
Tidak ada definisi gelombang panas yang diterima secara universal mengingat kondisi iklim di berbagai belahan dunia bervariasi.
Secara umum, gelombang panas diartikan sebagai periode panas yang tidak biasa—umumnya lima derajat di atas suhu maksimal rata-rata harian—yang berlangsung setidaknya tiga hari.
Faktor-faktor lain yang dipertimbangkan analis, kata Hewson, mencakup suhu saat malam hari, kelembaban, dan kecepatan angin.
Baik kelembaban dan kecepatan angin dapat meperkuat gelombang panas. Imbasnya bisa terasa ekstrem di kota-kota besar lantaran aktivitas manusia sangat banyak dan keberadaan kumpulan gedung, beton, dan jalan.
"Dalam konteks kemunculannya pada masa tertentu dan pola wilayahnya, kejadian yang berlangsung di Eropa cukup mirip dengan gelombang panas Eropa pada 2015," terang Hewson.
Daerah paling parah yang terpapar gelombang panas adalah bagian selatan dan tengah Eropa, namun rekor suhu tertinggi juga muncul di Jerman dan Swiss.
Mengapa gelombang panas berbahaya?
Peningkatan suhu dapat mempengaruhi siapa saja, tapi dehidrasi, keletihan akibat panas, dan stroke bisa menyebabkan konsekuensi mematikan bagi orang-orang yang mengidap penyakit jantung, ginjal, dan pernapasan.
Bagi, kaum manula dan bayi, gelombang panas juga sangat berbahaya.
"Gelombang panas bisa berbahaya karena mengurangi kapasitas tubuh manusia untuk mengatur suhunya sendiri, menjaganya pada level aman," sebut Hewson.
Orang-orang yang rentan khususnya menderita jika suhu malam hari tidak turun ke bawah 25C, kata Madge, spesialis iklim dari badan meteorologi Inggris.
Tenaga medis menyarankan siapapun yang mengalami sakit kepala, pusing, kehilangan nafsu makan, mual, keringat berlebihan, keram, napas terengah-engah, atau sangat kehausan mencari cara untuk mendinginkan diri.
Jika tubuh seseorang meningkat di atas 40C, stroke akibat kepanasan bisa terjadi dan memerlukan bantuan medis.
Stroke akibat kepanasan bisa menyebabkan hilangnya kesadaran dan komplikasi serius, termasuk kerusakan permanen pada organ vital hingga kematian.
Setelah gelombang panas pada 2003 lalu, sekitar 70.000 kematian tambahan tercatat di Eropa, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, menurut kajian medis dan sains.
Sejumlah orang dilaporkan meninggal dunia dalam gelombang panas terkini.
Sebanyak dua orang tutup usia di Spanyol karena diduga mengalami stroke akibat kepanasan. Sementara di Inggris, kepolisian mengingatkan khalayak soal bahaya menyejukkan diri di danau dan sungai setelah anak berusia 12 tahun tenggelam.
Dampak Terhadap Lingkungan Alam
Jika di eropa tidak terjadi perubahan iklim, maka gelombang panas ekstrem di Eropa diperkirakan akan terjadi hanya sekali per beberapa ratus tahun.
Perubahan suhu dan cuaca
Keadaan Iklim 2021 Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan bahwa suhu di Eropa meningkat lebih dari dua kali lipat rata-rata global selama 30 tahun – peningkatan tertinggi dibandingkan benua mana pun di dunia.[30] Badan Lingkungan Hidup Eropa menyatakan bahwa sejak masa pra-industri, suhu daratan Eropa telah meningkat sebesar 1,94–1,99 °C, lebih cepat dibandingkan kenaikan rata-rata global sebesar 1,11–1,14 °C.[1]
Es laut Arktik berkurang 33.000 km2 terjadi di antara tahun 1979 dan 2020 per tahun selama musim dingin dan 79.000 km2 per tahun selama musim panas dalam periode waktu yang sama. Jika suhu dijaga di bawah 1,5 °C, maka musim panas di Arktik bebas es akan jarang terjadi, namun hal ini akan sering terjadi jika terjadi pemanasan sebesar 2 °C.[2]
Di Laut Baltik pencairan es telah terlihat sejak tahun 1800 dan percepatannya terjadi sejak tahun 1980 an. Es laut berada pada rekor terendah pada musim dingin 2019-2020.[3]
Perubahan cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan penyakit pada hewan dan juga manusia. Gelombang panas akan meningkatkan jumlah kebakaran hutan. Para ahli telah memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan jumlah pengungsi iklim global dari 150 juta pada tahun 2008 menjadi 800 juta di masa depan. Perjanjian pengungsi internasional tidak mengakui pengungsi perubahan iklim. Dari tahun 2012 hingga 2022, menurut Badan Lingkungan Eropa, cuaca ekstrem menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari €145 miliar di Eropa. Kerugian ekonomi akibat perubahan iklim meningkat sekitar 2% setiap tahun dalam kurun waktu yang sama.[4][5][6]
Sebuah studi tentang perubahan dampak banjir, gelombang panas, dan kekeringan di masa depan di 571 kota di Eropa, dengan menggunakan model iklim yang dijalankan dari proyek inter comparison model berpasangan Fase 5 (CMIP5) menemukan bahwa hari-hari gelombang panas meningkat hampir di semua kota, terutama di wilayah selatan Eropa, sementara peningkatan suhu gelombang panas terbesar diperkirakan terjadi di kota-kota di Eropa tengah. Untuk skenario dampak rendah, kondisi kekeringan semakin parah di kota-kota di Eropa bagian selatan, sementara banjir sungai semakin parah di kota-kota di Eropa bagian utara. Namun, skenario dampak tinggi memproyeksikan bahwa sebagian besar kota di Eropa akan mengalami peningkatan risiko kekeringan dan banjir sungai. Lebih dari 100 kota sangat rentan terhadap dua atau lebih dampak iklim.[7]
Dampak Terhadap Hewan
Setelah tragedi gelombang panas tahun 2003, para peneliti mencatat bagaimana ekosistem pegunungan Italia terkena dampaknya. Yakni, gelombang panas "memicu perluasan pesat spesies tumbuhan berpembuluh dan mengorbankan lumut di lahan gambut".[8] Lahan gambut dikenal sebagai lingkungan penyimpan karbon terbesar,[9] sehingga perubahan yang disebabkan oleh perubahan iklim antropogenik menimbulkan ancaman terhadap stabilitas iklim jangka panjang.
Dampak Terhadap Manusia
Gelombang panas
Tanpa adanya perubahan iklim, gelombang panas ekstrem di Eropa diperkirakan hanya akan terjadi setiap beberapa ratus tahun sekali. Selain perubahan hidrologi, tanaman biji-bijian akan matang lebih awal pada suhu yang lebih tinggi, yang dapat mengurangi periode pertumbuhan kritis dan menyebabkan penurunan hasil biji-bijian. Gelombang panas Rusia pada tahun 2010 menyebabkan panen gandum turun sebesar 25%, pemerintah melarang ekspor gandum, dan kerugian sebesar 1% dari PDB. Perkiraan kematian akibat gelombang panas di Rusia pada tahun 2010 adalah 55.000 jiwa.[10]
Sebuah studi tentang perubahan dampak banjir, gelombang panas, dan kekeringan di masa depan di 571 kota di Eropa, menggunakan model iklim yang dijalankan dari Coupled Model Inter-comparison Project Phase 5 (CMIP5) menemukan bahwa hari-hari gelombang panas meningkat hampir di semua kota, terutama di kota-kota besar. di Eropa Selatan, sementara peningkatan suhu gelombang panas terbesar diperkirakan terjadi di kota-kota di Eropa tengah. Untuk skenario dampak rendah, kondisi kekeringan meningkat di kota-kota Eropa bagian selatan sementara banjir sungai memburuk di kota-kota Eropa utara. Namun, skenario dampak tinggi memproyeksikan bahwa sebagian besar kota di Eropa akan mengalami peningkatan risiko kekeringan dan banjir sungai. Lebih dari 100 kota sangat rentan terhadap dua atau lebih dampak iklim.[11]
Musim panas tahun 2003 mungkin merupakan musim panas terpanas di Eropa setidaknya sejak tahun 1500 M, dan jumlah kematian terkait panas yang luar biasa besar dilaporkan di Perancis, Jerman dan Italia. Sangat mungkin bahwa gelombang panas disebabkan oleh gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.[12]
Perubahan cuaca ekstrem ini dapat meningkatkan penyakit pada hewan dan juga manusia. Gelombang panas juga akan meningkatkan jumlah kebakaran hutan. Para ahli telah memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan jumlah pengungsi iklim global dari 150 juta pada tahun 2008 menjadi 800 juta di masa depan. Perjanjian pengungsi internasional tidak mengakui pengungsi akibat perubahan iklim.Sebagian besar responden Eropa pada survei iklim 2021-2022 yang dilakukan oleh Bank Investasi Eropa setuju bahwa kebijakan untuk melawan perubahan iklim, mereka akan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Gelombang panas pada tahun 2018 di Inggris, yang akan merenggut ratusan nyawa, kemungkinan terjadinya 30 kali lebih kecil, tanpa adanya perubahan iklim. Pada tahun 2050, pola seperti ini akan terjadi setiap 2 tahun jika laju pemanasan terus berlanjut.[13][14]
Gelombang panas pada musim panas tahun 2019 per tanggal 28 Juni memakan korban jiwa, menyebabkan penutupan atau pengambilan tindakan khusus di 4.000 sekolah di Perancis saja, dan kebakaran hutan besar. Banyak daerah yang menyatakan keadaan darurat dan menyarankan masyarakat untuk menghindari "perilaku berisiko" seperti meninggalkan anak-anak di dalam mobil atau jogging di luar pada tengah hari". Gelombang panas ini setidaknya 5 kali lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim dan bahkan mungkin 100 kali lebih besar.[15]
Pada tahun 2022, gelombang panas parah terjadi di Eropa Barat. Di Spanyol saja, dari 10 hingga 16 Juli, 510 orang meninggal karena cuaca panas ekstrem, Kebakaran hutan muncul di berbagai tempat dan membakar wilayah yang luas. Puluhan ribu orang melarikan diri dari bencana tersebut.[16]
Penyakit
Pada tahun 2019 untuk pertama kalinya, kasus demam Zika didiagnosis di Eropa, bukan karena orang bepergian ke negara tropis seperti Brazil, melainkan karena nyamuk lokal. Bukti menunjukkan bahwa pemanasan perubahan iklim di wilayah tersebut adalah penyebab utama demam ini.[17] Diperkirakan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan epidemi demam berdarah di Eropa pada tahun 2100 jika vektor nyamuk Aedes menyebar.
Alat Mitigasi
Dalam konteks ini, peneliti dan ahli Eropa sedang mengerjakan a proyek yang disebut RAIN, yang berfokus pada pengembangan serangkaian alat mitigasi untuk meningkatkan keamanan jaringan infrastruktur Eropa, seperti sistem transportasi, energi dan telekomunikasi. Itu Banjir Helsinki 2005 adalah fokus salah satu studi kasus mereka.
Langkah penting adalah bisa melakukan penilaian risiko jangka panjang, analisis skenario dan peramalan, "kata Beatriz Yordi, kepala Unit Adaptasi CLIMA DG.
Ini akan membantu proses perencanaan dan implementasi dan memungkinkan kita untuk mengembangkan gambaran menyeluruh tentang risiko perubahan iklim saat ini dan masa depan sambil mengelola ketidakpastian terkait.
Peramalan harus mencakup perubahan potensial dalam banjir sungai dan kenaikan permukaan air laut. Dan perencana perlu menentukan bagaimana iklim akan mempengaruhi peningkatan kepadatan perkotaan dan perubahan populasi.
Langkah yang keliru
suhu panas mendorong penggunaan pendingin ruangan. Patut diketahui, alat tersebut menggunakan hydrofluorocarbon (HFC) yang disebut lebih kuat dibanding karbon dioksida sebagai gas rumah kaca. Ia tersebar dalam berbagai proses yang dilewati pendingin ruangan, mulai dari pembuatan, pemasangan, hingga menjadi limbah.
British Petroleum (BP) melaporkan bahwa penggunaan pendingin ruangan merupakan faktor kunci dari meningkatnya emisi gas rumah kaca tahun lalu. Ironis memang, ketika alat tersebut mendinginkan ruangan tempatnya terpasang, ia juga sembari memanaskan planet ini.
Antisipasi
Warga Eropa dapat melakukan gerakan perubahan dengan tidak membuang-buang sumber daya seperti makanan. Banyak orang Eropa yang tidak menghabiskan makanannya. Hal ini menimbulkan penumpukan sampah makanan yang mendorong penguapan gas metana ke atmosfer yang berdampak pada perubahan iklim lewat pemanasan rumah kaca. Selain itu para warga Eropa kelas atas diharapkan tidak bersikap konsumtif dan membeli keperluan seperlunya. Contohnya seperti sampah fashion yang telah menjadi sampah kedua terbanyak di dunia setelah sampah plastik. Sampah fashion menyumbang sekitar 92 ton setiap tahunnya.
Para pemimpin negara uni eropa dapat bekerja sama dengan pemimpin dunia lain seperti Amerika serikat dan Tiongkok agar mengurangi perlombaan industri yang memperparah iklim dunia. Para tokoh dan pemimpin masyarakat dapat mensosialisasikan sikap peduli terhadap lingkungan karena pada akhirnya semua aktivitas yang merugikan lingkungan akan kembali berbalik kepada kita melalui perubahan iklim yang ekstrim.