Pertempuran Sungai Bilin

Pertempuran Sungai Bilin
Bagian dari Kampanye Burma, Perang Dunia II
Tanggal14 Februari – 18 Februari 1942
LokasiBurma
Hasil Kemenangan Jepang
Pihak terlibat
Britania Raya Inggris
Kemaharajaan Britania British India
 Kekaisaran Jepang
Tokoh dan pemimpin
Britania Raya Brigadir Sir John George Smyth, V.C. Letnan Jenderal Shōjirō Iida
Kekuatan
1 Divisi 2 Divisi

Pertempuran Sungai Bilin merupakan pertempuran besar pertama dalam Kampanye Burma, Perang Dunia II. Pertempuran ini melibatkan pasukan Inggris melawan pasukan Jepang dan terjadi pada 14 Februari 1942 hingga 18 Februari 1942 di Burma (sekaramg Myanmar). Secara taktis, pertempuran ini dimenangkan oleh Jepang dan menemtukan kemenangan Jepang pada Pertempuran Jembatan Sittang yang terjadi setelahnya.

Pertempuran

Batalion ke-112 Angkatan Darat Selatan Jepang memasuki Burma (sekarang Myanmar) pada 15 Januari, mereka menguasai Tavoy (sekarang Dawei), pada 19 Januari, dan memotong garnisium di Mergui yang lolos melalui laut. Pada penyerangan tersebut, pasukan Jepang berhasil menguasai tiga lapangan udara kecil yang akhirnya digunakan untuk menberi dukungan udara pasukan Jepang. Selanjutnya mereka menuju ke arah Kawkareik.

Menghadapi situasi yang tidak menguntungkan tersebut, pasukan Inggris dipimpin oleh Brigadir Sir John George Smyth, V.C. (memimpin Divisi Infanteri Angkatan Darat ke-17 Inggris) ingin segera mundur dari medan pertahanannya, tetapi ia diperintahkan untuk tetap tinggal.[1]

Pada 26 Januari, Divisi ke-55 Jepang menyerang Moulmein dan mengambil alih kota. mereka mendapatkan lapangan terbang baru lagi. Pasukan Inggris berusaha bertahan selama dua hari pertempuran sengit jarak dekat, tetapi akhirnya terdesak. Mereka yang terdesak kesulitan untuk mundur lagi, karena tidak ada jembatan yang melintasi Teluk Martaban, sehingga diperlukan kapal feri untuk mundur. Dengan menggunakan kapal mereka melarikan diri, tetapi dalam proses tersebut, mereka kehilangan sekitar 600 pasukan dan sejumlah besar materi.

Smyth mengirim Brigadir “Punch” Cowan ke Rangoon untuk berbicara dengan Panglima Angkatan Darat Jenderal Hutton.[2] Ia meminta izin untuk mundur ke belakang Sungai Sittang (sekarang Sungai Sittaung), tetapi permintaan ini ditolak oleh jenderal Hutton. Smyth menyebutnya sebagai “keputusan yang menyebabkan bencana”.

Pertempuran ini berubah menjadi pertempuran jarak dekat di daerah hutan-hutan.[3] Pasukan Jepang menggunakan taktik pengepungan sehingga pasukan Inggris terjepit. Tak lama Jenderal Hutton datang dari Rangoon dan memberikan izin kepada Smyth untuk mundur, akhirnya mereka mulai mundur 48 kilometer sepanjang jalur ke Jembatan Sittang saat malam dilindungi oleh kegelapan.

Pasukan Jepang berhasil mencapai area Jembatan dan berusaha menghancurkannya akibatnya sebagian besar pasukan Divis ke-17 tertangkap di sisi Sittang, Sementara sebagian lainnya berhasil menyeberang, tetapi hampir semua peralatan mereka telah hilang.

Referensi

  1. ^ Liddell Hart 1970, p. 213.
  2. ^ Liddell Hart 1970, p. 216.
  3. ^ Slim 1956, p. 17.

Bacaan lebih lanjut