Pertempuran Mindoro
Pertempuran Mindoro adalah pertempuran yang terjadi pada Perang Dunia II antara pasukan Amerika Serikat dan Jepang, di Pulau Mindoro yang terletak di Filipina tengah. Pertempuran ini terjadi antara 13 hingga 16 Desember 1944. Serangan ini dilakukan oleh pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat didukung oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan cikal bakal Angkatan Udara Amerika Serikat (yang saat itu masih digabung dalam Angkatan darat Amerika Serikat). Mereka melakukan pendaratan ke Pulau Mindorountuk yang dikuasai oleh Tentara Kekaisaran Jepang. Dalam invasi ini mereka dibantu oleh penduduk lokal Filipina dan berhasil mengalahkan pasukan Jepang dalam waktu relatif singkat, tiga hari. Latar Belakang dan PertempuranTujuan utama penyerangan ini adalah untuk mendirikan lapangan udara untuk pesawat-pesawat tempur Amerika yang menjangkau hingga Teluk lingayen di Pulau Luzon utara untuk invasi berikutnya. Pulau Mindoro juga berfungsi sebagai batu loncatan bagi pasukan Amerika Serikat ke pertempuran berikutnya di Pulau Luzon. Pulau Mindoro sendiri meiliki luas satu setengah New Jersey dan sebagian besar terdiri dari gunung dan bukit dengan daratan yang sempit sepanjang garis pantai. Dengan cuaca yang cukup basah dan lembap, menjadi tempat bersarang bagi malaria dan penyakit tropis lainnya. namun pasukan Jepang di wilayah ini cukup lemah. Awalnya Amerika Serikat berencana untuk mendaratkan pasukannya di pantai Timur laut, yang menjadi lokasi yang paling cocok untuk pendaratan amfibi, namun juga memiliki risiko cukup besar, sangat terbuka bagi serangan udara Jepang dari Pulau Luzon. Melalui berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan untuk mendaratkan pasukan di Kota San Jose, di barat daya dekat Mangarin Bay. Pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat ke-6 dipimpinan oleh Letnan Jenderal Walter Krueger, menunjuk Major Jeneral Roscoe B. Woodruff (Divisi Infanteri ke-24 dan ke-19) dan Letnan Kolonel George M. Jones (Resimen Tempur Parasut ke-503) sebagai ujung tombak serangan ini. Sebelum melakukan invasi, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat melakukan penyerangan dan menghancurkan potensi Kamikaze. Para penerbang ini mengklaim telah menghancurkan sekitar 700 pesawat di darat. Namun dua hari sebelum serangan dimulai, pada 13 Desember 1944, para pesawat Kamikaze Jepang melakukan serangan terhadap Kapal penjelajah ringan USS Nashville dan menewaskan sekitar 130 orang, diantaranya adalah Brigadir Jenderal William C. Dunkel, komandan pasukan pendaratan. Pada 15 Desember 1944, serangan ke Pulau Mindoro dimulai. Pasukan Amerika didukung oleh enam escort carrier, tiga kapal perang, enam kapaal penjelajah dan beberapa kapal pendukung lainnya. Karena fasilitas lapangan terbang Leyte yang sangat minim, akhirnya Resimen Tempur Parasut ke-503 mendarat di Mangarin Bay bukan diterjunkan. Kapal-kapal perusak memberikan dukungan dan perlindungan anti-pesawat di daerah pendaratan. Pasukan Jepang terdiri dari sekitar 1000 tentara yang ditempatkan di Mindoro, pasukan ini juga ditambah 200 tentara dari pasukan jepang yang selamat saat kapalnya tenggelam. Akhir PertempuranPertempuran ini berakhir dengan kemenagan di pihak Amerika Serikat. Sekitar 200 orang tentara Jepang tewas saat serangan dan 375 orang lainnya terluka, sedangkan sisanya melarikan diri kehutan hingga akhir perang. Disisi sebaliknya Pasukan Amerika, Divisi Infanteri ke-24 kehilangan 18 orang dan 81 orang terluka. Setelah berhasil menguasai Pulau Mindoro, Amerika Serikat segera membangun Lapangan Udara. Dua lapangan udara selesai dibangun dalam waktu tiga belas hari dan memungkinkan pesawat AS untuk memberikan dukungan langsung untuk invasi Luzon. Lapangan udara ini juga digunakan untuk pesawat pembom jarak panjang USAAF B-24 Liberator menyerang kapal-kapal Jepang yang berlayar dari Formosa ke Luzon. Lihat jugaReferensi
Bacaan lebih lanjut
|