Pertempuran Adrianopolis (378)

Pertempuran Adrianopolis (9 Agustus 378) adalah pertempuran antara Kekaisaran Romawi dipimpin oleh Kaisar Valens dan suku-suku dari Jerman (kebanyakan Vishigoths dan Ostrogoths) yang dipimpin Fritigern. Pertempuran berlangsung di Adrianopolis dan berakhir dengan kekalahan telak bangsa Romawi.

Pertempuran ini merupakan bagian dari perang Gothic (377 - 382) yang merupakan sebuah perang yang sangat berpengaruh dalam sejarah Romawi karena turut mengakibatkan kehancuran Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5.

Asal Mula

Pada tahun 376, orang-orang Goth, dipimpin oleh Alavivus dan Fritigern, meminta izin agar mereka dapat mendirikan suatu perkampungan di Kekaisaran Romawi. Kaisar Valens, Kaisar Romawi ketika itu, mengizinkan mereka tinggal dan menganggap mereka sebagai teman (Allies). Namun sayangnya, ketika mereka melintasi Danube (wilayah Kekaisaran Romawi), perjalanan mereka dipersulit oleh Komandan Provinsi. Orang-orang Goth ini kemudian marah dan mulai menyerang Kekaisaran Romawi bagian timur.

Valens kemudian meminta Gratian, Kaisar Romawi barat, untuk mengirimkan pasukan bantuan. Gratian pun mengirimkan Jendral Friegerid dan Richomer. Selama dua tahun selanjutnya, pertempuran berjalan tanpa ada pihak yang menang secara jelas.

Pada tahun 378, Valens memutuskan untuk mengontrol pasukannya sendiri. Dia meninggalkan Antioch dan berangkat menuju Konstantinopel. Pada saat yang bersamaan, Jendral Sebastian, Jendral Romawi di wilayah Italia, diperintahkan untuk membantu dan membawa pasukannya menuju pertempuran. Begitu juga dengan Gratian, yang membawa pasukannya dari front Rhine dan memimpinnya.

Dalam pertempuran ini, Romawi hanya didukung oleh pasukan Infantri berat, sedangkan barisan pasukan goth didukung pula oleh kaveleri kelas berat, sehingga pasukan Romawi dapat dikalahkan dalam pertempuran ini.

Akibat Penting dari Pertempuran

Kekalahan Romawi pada pertempuran ini menjadi awal kehancuran Kekaisaran Romawi Barat karena Goth (Ostrogoth dan Visigoth) bisa menjadi kerajaan merdeka yang berdiri sendiri. Apalagi dalam beberapa tahun berikutnya, bangsa Hun telah tiba di Eropa dan bersiap mengambil alih semua yang bisa mereka ambil atau hancurkan.

Selain itu, pertempuran ini juga memicu semakin besarnya peran kavaleri dalam pertempuran. Romawi pun bersiap untuk membuat cataphract-nya yang mulai terinspirasi juga dari cataphract Parthia dan Persia. Lama-kelamaan, lahirlah ksatria-ksatria kavaleri feodal yang berperan besar dalam pertempuran abad pertengahan, terutama Perang Salib.