Baca informasi selengkapnya disini:
Digital Library
Bila mendengar kata perpus¬takaan, umumnya yang segera terbayang di benak adalah sebuah tem¬pat yang suram, sunyi, sesak oleh buku - buku tebal berdebu, dan sebagainya. Pendek kata sebuah tempat yang tidak menye¬nangkan. Namun kini, bayangan seperti itu sedikit demi sedikit mulai sirna dengan munculnya trend perpustakaan digital. Keberadaan perpustakaan digital ini, mampu mengubah citra negatif akan kondisi perpustakaan, yang membuatnya tak dilirik oleh kebanyakan orang.
Perkembangan dunia perpustakaan, dari segi data dan dokumen yang disimpan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog (index). Perkembangan mutakhir adalah munculnya perpustakaan digital (digital library) yang tetap menggunakan katalog (index) dan memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital serta media jaringan komputer (internet).
Beberapa perpustakaan telah membuktikan bila langkah mem¬percantik diri dan memperkaya fasilitas terlebih yang telah ter¬komputerisasi akan mampu menarik minat pengunjung. Sebut saja Perpustakaan British Council ¬sekang disebut Perpustakaan Pendidikan Nasional (Jakarta Pusat). Perpustakaan yang menyajikan suasana yang cozy ini merniliki lebih dari 17.000 koleksi buku,5.000koleksi audio-visual, dan 50 terbitan berkala dari dalam dan luar negeri. Selain itu dilengkapi dengan fasilitas internet dan kafe yakni La Biblio Cafe and Book Corner. Keunggulan diterapkannya perpustakaan digital adalah sebagai berikut :
Pertama, karena pengunjungnya tak perlu lagi secara nyata pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku-buku referensi. Ia bisa tetap di rumah, atau sambil jalan - jalan di mall misalnya, namun secara virtual juga berada di perpusta¬kaan.
Kedua, tak perlu lagi repot menenteng bu¬ku - buku tebal, yang kadang saat melihat¬nya saja sudah mem¬buat mata mengantuk. Pengunjung perpustakaan cukup menyediakan flash disk, yang makin lama makin mempunyai kapasitas besar, dengan tampilan yang makin fun¬ky, sehingga ketika dikalungkan di leher, membuat pemakainya makin merasa pede. Pengunjung cukup sibuk di depan komputer, semua referensi tersedia, tinggal mengopi data atau artikel yang diperlukan.
Ketiga, tak perlu lagi direpotkan dengan aneka urusan administrasi yang bertele - tele. Dan sesung¬guhnya, bagi perpustakaan sendiri, hal ini akan mengurangi kebutuhan akan jumlah pustakawan. Bisa dibayangkan berapa banyak pusta¬kawan yang harus disediakan oleh UI misalnya yang mempunyai pulu¬han ribu koleksi, dengan jumlah pengunjung yang mencapai ratusan orang / hari. Di sisi lain, belum banyak pustakawan yang mampu melaksanakan tugas kepustaka¬wanan yang sesungguhnya.
Keempat, pengunjung perpus¬takaan tak perlu lagi tergopoh-gonoh memburu jam buka perpustakaan. Hingga saat ini, hampir sebagian besar perpustakaan di Indonesia, mempunyai jam buka konvensional yang terbatas. De¬ngan kondisi seperti ini, bagaima¬na pengunjungnya bisa banyak? Bukankan umumnya orang meng¬unjungi perpustakaan di waktu luang (seusai jam kerja atau jam sekolah)? Di luar negeri, beberapa perpustakaan hingga larut malam. Di Houston Baptist University di Texas misalnya.
Kelima, terko¬neksi secara global. Keberadaan perpustakaan digital membuka kemungkinan terjadinya koneksi dengan perpustakaan di seluruh dunia. Sebab dengan digunakan¬nya digital maka akan bisa di¬bangun jaringan antar perpus¬takaan. Perpustakaan maya UI misalnya yang bekerja sama de¬ngan perguruan tinggi negeri lain seperti ITB Bandung, IPB Bogor, dan UGM Yogyakarta. Sehingga segala katalog yang ada di masing-¬masing perpustakaan bisa diakses dari satu perpustakaan saja. Bila sudah demikian, sungguh be¬narlah pepatah "dunia ada di genggaman tangan".
Bagaimanapun tidak bisa di¬sangkal, jika digitalisasi informasi telah membuat akses informasi apapun menjadi lebih mudah, efisien dan menyenangkan. Tanpa memerlukan ruangan besar, lim¬pahan informasi dari seluruh dunia bisa kita akses hanya dari PC (personal computer). Tidak heran, jika dunia pada masa kini disebut sebagai dunia tanpa batas (bor¬derless world). Terlebih kian hari semakin banyak perusahaan tek¬nologi informasi yang memberikan atensi pada upaya penyebarluasan pengetahuan, Microsoft Corp dan Goole Inc. (Nining p (bicara) 06:21, 18 Februari 2010 (UTC))