Traktat Gallipoli, ditandatangani pada Januari atau awal Februari 1403, adalah sebuah traktat perdamaian antara Süleyman Çelebi, penguasa wilayah Utsmaniyah di Balkan, dengan kekuatan-kekuatan regional Kristen utama: Kekaisaran Romawi Timur, Republik Venesia, Republik Genova, Ksatria Hospitaller, dan Kadipaten Naxos. Traktat ini ditandatangani setelah berakhirnya Pertempuran Ankara, ketika Süleyman berupaya memperkuat posisinya sendiri dalam perebutan suksesi dengan para saudaranya, traktat tersebut membawa konsesi besar terhadap negara-negara Kristen, terutama Romawi Timur, yang merebut kembali wilayah-wilayah yang hilang dan mencapai posisi superioritas nominal atas penguasa Utsmaniyah. Ketentuan-ketentuannya dihormati oleh Süleyman dan juga oleh Mehmed I, pemenang perebutan suksesi Utsmaniyah, tetapi runtuh setelah kematian Mehmed pada tahun 1421.
Latar belakang
Pada 26 Juli 1402, dalam Pertempuran Ankara, SultanUtsmaniyahBayezid I dikalahkan dan ditawan oleh Timur Lenk. Peristiwa penting ini menjungkirbalikkan keseimbangan kekuatan di wilayah ini, sebagai daerah kekuasaan Utsmaniyah di Anatolia dibagi oleh Timur, yang mengembalikan banyak beylik Anatolia yang sebelumnya diserap oleh Bayezid. Timur Lenk tidak mengganggu Balkan, di mana penaklukan Utsmaniyah juga berkembang jauh: sebelum Ankara, Konstantinopel, hampir merupakan sisa terakhir Kekaisaran Romawi Timur, terputus dan hampir jatuh ke tangan Bayezid.[1] Sementara di Anatolia, runtuhnya kekuasaan Utsmaniyah secara tiba-tiba meninggalkan kekosongan kekuasaan, di mana berbagai kekuatan Kristen di wilayah ini — Romawi Timur, Hungaria, Republik Venesia, dan sejumlah penguasa kecil — masing-masing berusaha untuk mengamankan kepentingan mereka sebaik mungkin, meski terlalu lemah sebenarnya untuk menantang kekuatan Utsmaniyah.[2]
Süleyman Çelebi, putra sulung Bayezid, berhasil lolos dari bencana di Ankara dan tiba di Gallipoli pada 20 Agustus. Sementara saudara-saudaranya yang lain berangkat ke Anatolia untuk menghadapi Timur Lenk dan mencoba menyelamatkan daerah kekuasaan mereka, Süleyman mengklaim penguasaan atas Balkan Utsmaniyah (Rumelia). Namun, posisinya di sana tidak aman, dan prioritas utamanya adalah untuk menghubungi kekuatan-kekuatan Kristen di wilayah tersebut dan mengatur gencatan senjata dengan mereka, terutama mengingat kebutuhan pada suatu hari nanti kembali ke Anatolia dan bersaing dengan para saudaranya dan saingan lainnya (bandingkan dengan Jeda kekuasaan Utsmaniyah).[3][4] Pada 22 September, Senat Venesia sedang mendiskusikan masalah ini, dan berharap bisa menguasai Gallipoli. Venesia juga menghubungi Kaisar Romawi TimurManuel II Palaiologos, yang pada saat itu berada di Paris dalam sebuah perjalanan besar mencari pertolongan di Barat, mendesaknya untuk kembali ke negerinya, karena keponakan Manuel dan regen, John VII Palaiologos, diketahui bersimpati dengan saingan maritim dan komersial Venesia, Republik Genova.[5]
Bakalopulos, A. (1962). "Les limites de l'empire byzantin depuis la fin du XIV' siècle jusqu'à sa chute (1453)". Byzantinische Zeitschrift (dalam bahasa French). 55 (1): 56–65. doi:10.1515/byzs.1962.55.1.56.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Dennis, George T. (1967). "The Byzantine–Turkish Treaty of 1403". Orientalia Christiana Periodica. XXXIII: 72–88.