Periode refraktori (seks)Dalam seksualitas manusia, periode refraktori adalah fase pemulihan setelah orgasme. Selama periode refraktori, laki-laki tidak dapat mengalami orgasme tambahan secara fisiologis.[1][2] Fase ini dimulai tepat setelah ejakulasi dan berlangsung hingga fase gairah dalam siklus respons seksual manusia dimulai lagi dengan respons yang rendah.[1][2] Meskipun pada umumnya sumber-sumber menyebut bahwa wanita tidak mengalami periode refraktori sehingga dapat mengalami orgasme tambahan (atau orgasme berulang) setelah orgasme pertama,[3][4] sumber lain menyatakan bahwa baik pria maupun wanita mengalami periode refraktori. Sama seperti laki-laki, perempuan mungkin mengalami periode refraktori setelah orgasme, selama periode ini mereka tidak mengalami gairah meskipun menerima rangsangan seksual.[5][6] Faktor Penyebab dan TeoriDurasi periode refraktori sangat bervariasi antarindividu, mulai dari hitungan menit hingga berhari-hari. Namun, selama periode tersebut, kebanyakan pria tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi. Banyak di antaranya yang mengalami perasaan puas secara psikologis serta tidak tertarik dengan aktivitas seksual untuk sementara waktu. Penis juga bisa menjadi hipersensitif sehingga rangsangan seksual lebih lanjut dapat terasa sakit.[3][6] Peningkatan kadar hormon oksitosin selama ejakulasi dipercaya menjadi penyebab utama periode refraktori pada pria. Jumlah peningkatan kadar oksitosin dapat mempengaruhi durasi periode refraktori.[7] Senyawa lain yang diperkirakan bertanggung jawab atas periode refraktori pria adalah prolaktin,[3][8] yang ditekan oleh dopamin serta berperan dalam gairah seksual.[8] Namun, tidak ada konsensus mengenai hubungan sebab-akibat antara prolaktin dan periode refraktori, beberapa penelitian menyebutkan bahwa prolaktin tidak mempengaruhi periode refraktori.[9] Ada pula yang mengusulkan bahwa hormon penghambat gonadotropin (GnIH), yang dianggap menghabat aksis gonad hipotalamus-hipofisis dan fungsi seksual, sebagai penyebab periode refraktori.[10] Hipotesis ini mendukung peningkatan kadar oksitosin dan prolaktin pascaorgasme seperti pada studi lain.[10] Teori alternatif lain menjelaskan periode refraktori pria dengan mekanisme umpan balik perifer otonom dibandingkan senyawa sentral seperti oksitosin, serotonin, atau prolaktin. Umpan balik otonom diketahui meregulasi sistem fisiologis lain, seperti pernapasan, tekanan darah, dan motilitas usus. Teori ini mengusulkan bahwa setelah pria mengalami ejakulasi, penurunan tegangan dinding di struktur seperti vesikula seminalis berujung pada perubahan sinyal otonom yang dikirim dari organ-organ tadi. Hal ini menyebabkan terjadinya umpan balik negatif. Mekanisme tadi mirip dengan penurunan motilitas lambung dan usus ketika isi lambung sudah lewat. Ketika siklus umpan balik telah tercipta, periode refraktori akan bertahan hingga siklusnya terputus oleh kembalinya tegangan dinding pada vesikula seminalis. Seiring bertambahnya usia pria, waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan tegangan dinding di vesikulasi seminalis akan bertambah pula.[11] Respons seksual wanita dianggap lebih bervariasi dibanding pria. Wanita juga dianggap lebih mampu mencapai orgasme tambahan atau bahkan mengalami orgasme berulang dengan rangsangan seksual lanjutan. Hal tersebut mengindikasikan periode refraktori yang pendek atau bahkan nihil pada beberapa wanita.[3][4] Sebuah penelitian menunjukkan kebanyakan wanita mengalami hipersensitivitas klitoral setelah mengalami orgasme dengan tingkat serupa dengan periode refraktori pada pria (ditandai dengan sensitivitas penis). Penemuan pada penelitian tersebut juga menganjurkan peninjauan ulang mengenai periode refraktori pada wanita serta pentingnya studi lanjutan mengenai pengalaman pascaorgasme dari perspektif wanita.[12] Seperti halnya pada pria, mungkin saja hanya sedikit wanita yang mampu mengalami orgasme berulang atau tidak memiliki periode refraktori, tapi belum ada data pendukung yang mencukupi untuk menarik kesimpulan apa pun.[13] Penelitian lainPria mungkin memiliki periode refraktori yang lebih singkat dan mungkin mampu mengalami multiple orgasme[14] Menurut sejumlah penelitian, pria berusia 18 tahun memiliki periode refraktori selama 15 menit, sementara pria berusia 70-an tahun membutuhkan waktu 20 jam, dengan rata-rata untuk seluruh pria di kisaran 30 menit.[15] Walaupun langka, beberapa pria tidak mengalami periode refraktori sama sekali atau berlangsung kurang dari 10 detik.[16] Sebuah penelitian untuk mendokumentasikan orgasme berulang disertai ejakulasi penuh alami pada pria dewasa dilakukan pada 1995 di Universitas Rutgers. Selama penelitian, terjadi enam orgasme disertai ejakulasi selama 36 menit dengan periode refraktori yang tidak berarti.[3][17] Pada tahun 2002, P. Haake et al. menemukan kasus seorang pria yang mampu mengalami orgasme berulang tanpa respons peningkaan prolaktin.[18] Referensi
|