Perang Saudara Palembang adalah Perang untuk berebut Tahta Kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam (1718 dan 1727), setelah Meninggalnya Sultan Muhammad Mansyur disusul dengan Meninggalnya Putra Mahkota Pangeran Purbaya dari Palembang karena diracun oleh Pihak yang Tidak Diketahui, ke Dua adik berbeda Ibu dari Pangeran Purbaya dari Palembang Yaitu Sultan Anom Alimuddin dan Pangeran Jayo Wikramo/Mahmud Badaruddin I saling Berebut Tahta.
Sultan Agung Komaruddin Naik Tahta
Paman dari Ke2 Pangeran yang sedang dalam konflik, Sultan Agung Komaruddin menobatkan diri sebagai Sultan ke-3 Kesultanan Palembang Darussalam (1718) dan segera Mendamaikan ke2 belah pihak, dengan cara Menobatkan ke2 Pangeran (Sultan Anom Alimuddin dan Mahmud Badaruddin I) menjadi Sultan. Akhirnya pada waktu itu Kesultanan Palembang Darussalam dipimpin Oleh 3 Sultan, dengan Sultan Agung Komaruddin tetap sebagai Pemimpin tertinggi.
Pernikahan Mahmud Badaruddin I dengan Putri Agung Komaruddin
Dalam Upayanya untuk merebut Tahta dari kakaknya sebagai Pewaris Sah Kesultanan Palembang Darussalam, Pangeran Jayo Wikramo/Mahmud Badaruddin I menikahi Putri dari Sultan Agung Komaruddin. Karena Khawatir Adiknya akan merebut Tahta darinya, Sultan Anom Alimuddin menentang Pernikahan tersebut. Terjadilah Perang diantara mereka yang dimenangkan oleh Pangeran Jayo Wikramo/Mahmud Badaruddin I.
Dimenangkan Oleh Mahmud Badaruddin I
Setelah mangkatnya Sultan Agung Komaruddin, Tahta Kesultanan Palembang Darussalam jatuh kepada Mahmud Badaruddin I yang sudah menikahi putri Sultan Agung Komaruddin. Mahmud Badaruddin I dinobatkan pada tahun 1727 dengan Gelar Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo. Beliau berkuasa hingga tahun 1758, dan digantikan Putera nya, Sultan Ahmad Najamuddin I.