Perahu Ketek adalah perahu tradisional yang berasal dari Sumatera Selatan. Perahu ketek adalah perahu jukung yang menggunakan mesin. Perahu jukung ini merupakan perahu tradisional di Sumatera Selatan. Masyarakat yang menetap di lahan basah di Sumatera Selatan sudah menggunakan perahu sejak puluhan abad lalu.
Perahu ketek adalah perahu jukung yang bermesin. Muncul kali pertama pada tahun 1970-an. Sebelumnya perahu jukung untuk menyeberang Sungai Musi menggunakan dayung, disebut perahu tambangan.[1]
Di masa lalu, salah satu perahu yang banyak digunakan masyarakat di Sumatera Selatan adalah perahu kajang. Perahu yang berfungsi sebagai alat transportasi dan rumah bagi pemiliknya. Tapi sejak tahun 1970-an, perahu kajang menghilang. Peranan perahu kajang digantikan dengan kapal jukung, yakni perahu ukuran besar menggunakan mesin.
Perahu digunakan untuk menyeberangi Sungai Musi di Palembang, diperkirakan dari masa Kesultanan Palembang. Sebab pada masa Kesultanan Palembang, sekitar abad ke-17, wilayah Seberang Ulu Palembang sudah terdapat permukiman, berupa rumah-rumah rakit. Mereka yang ingin ke Seberang Ilir (wilayah pemerintahan Kesultanan Palembang) menggunakan perahu. Mereka yang menetap di rumah-rumah rakit ini adalah pendatang asing, seperti China, Eropa, India, dan Arab.
Sebelum adanya Jembatan Ampera pada 1965, perahu adalah kendaraan utama masyarakat di Sungai Musi. Perahu yang digunakan untuk menyeberangi Sungai Musi adalah perahu tambangan yang menggunakan dayung.
Asal Usul Nama
Nama Perahu Ketek sendiri diambil dari bunyi mesin perahu tersebut yang berbunyi tek-tek-tek.[2]
Fungsi dan Kegunanan
Perahu Ketek sendiri memiliki berbagai fungsi di berbagai daerah, contoh: di kota Palembang, berfungsi mengangkut barang atau orang. Sedangkan di desa-desa yang jauh dari jembatan digunakan untuk mengangkut orang, barang, sepeda motor ataupun sepeda.
Nama dan Bahan
Tempo dulu Perahu Ketek digunakan sebagai sarana transportasi tradisional dan juga sebagai tempat tinggal oleh masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Musi. Awalnya, perahu ini diberi nama Perahu Kajang, dibuat dengan menggunakan kayu rengas dan menggunakan atap dari daun pohon nipah.[3]