Perdayaan pikiran atau penyemaian ragu (bahasa Inggris: gaslighting) merujuk kepada salah satu bentuk penyiksaan secara psikologi (psikologis) yang terjadi dalam hubungan interpersonal, di mana penyiksa melemahkan rasa percaya diri korban dengan membuat mereka mempertanyakan ingatan, sudut pandang, atau kewarasan mereka. Dengan menggunakan penyangkalan yang berulang-ulang, manipulasi, kontradiksi, dan kebohongan, sang penyiksa berusaha untuk menggoyahkan kondisi psikologis korban dan melemahkan rasa percaya dirinya.[1][2]
Hubungan interpersonal dapat berupa hubungan profesional (misal hubungan dengan rekan kerja di kantor) atau hubungan personal (misal hubungan pertemanan, hubungan romantis, hubungan kekerabatan, dan lain sebagainya). Gaslighting melibatkan dua pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal tersebut, yakni gaslighter sebagai pelaku tindakan gaslighting dan gaslightee sebagai korban dari tindakan gaslighting tersebut. Gaslighter sebagai pelaku pada umumnya memiliki kekuatan lebih tinggi dibandingkan dengan gaslightee sebagai korban. Gaslighting biasanya melibatkan upaya dari gaslighter untuk memanipulasi gaslightee sedemikian rupa. Hal tersebut menyebabkan realita gaslightee ditentukan oleh gaslighter karena dirinya telah kehilangan kepercayaan terhadap realitanya sebagai akibat dari manipulasi gaslighter yang berkepanjangan. Selain itu, gaslightee sebagai korban pun kehilangan penilaian pribadi mengenai kondisinya pada saat proses gaslighting sedang berlangsung.[3]