Penampikan keberadaan orang Kurdi oleh Turki pernah menjadi kebijakan resmi negara Turki selama beberapa dasawarsa. Istilah "Turki Gunung" dicetuskan oleh Jenderal Abdullah Alpdoğan [tr] dan awalnya mengacu kepada orang pegunungan yang tidak berbicara dalam bahasa mereka sendiri tetapi menuturkan dialek Turki.[1] Tevfik Rüştü Aras, menteri luar negeri Turki pada 1925 dan 1938, mendukung gagasan bahwa orang Kurdi sebaiknya musnah seperti orang Indian di Amerika Serikat.[2] Kâzim Karabekir, mantan panglima Angkatan Darat Turki selama Perang Kemerdekaan, mengatakan bahwa orang Kurdi di Dersim sebenarnya adalah orang Turki yang berasimilasi dan mereka harus diingatkan kembali mengenai keturkian mereka.[3] Menteri Kehakiman Turki Mahmut Esat Bozkurt menyatakan bahwa hanya orang Turki yang dapat mengklaim hak di Turki dan semua orang non-Turki hanya memiliki hak untuk menjadi hamba atau budak. Selanjutnya, penyebutan kata-kata Kurdi dan Kurdistan dilarang dan digantikan oleh istilah-istilah seperti orang Turki Gunung dan Turki Timur. Larangan tersebut juga mencakup teks dalam bahasa asing [4] Keberadaan bangsa Kurdi secara objektif juga ditolak mentah-mentah. Menurut “Teori Bahasa Matahari”, orang Kurdi adapah orang Turk dari Asia Tengah yang telah melupakan bahasa nenek moyang mereka karena mereka hidup terisolasi di pegunungan pada masa pemerintahan Persia.[5] Pada dasawarsa 1920-an dan 1930-an, para pedagang dikenakan denda jika mereka menggunakan kata dalam bahasa Kurdi. Di sekolah, siswa akan dihukum jika tertangkap basah berbicara bahasa Kurdi dan pada dasawarsa 1960-an sekolah asrama berbahasa Turki didirikan untuk memisahkan siswa dari kerabat Kurdi mereka [6] dan melakukan Turkifikasi terhadap orang Kurdi.[7]
Istilah "Turki Gunung" menjadi lebih umum digunakan pada tahun 1961 ketika Presiden Turki Cemal Gürsel mendukung penelitian untuk membuktikan keturkian orang Kurdi. Dalam sebuah buku karya Mehmet Şerif Fırat [tr] dengan kata pengantar yang ditulis oleh Gürsel, Gürsel meminta adanya kajian yang membuktikan bahwa orang Kurdi sebenarnya adalah orang Turki Gunung. Gürsel juga merupakan kepala Institut Penelitian Kebudayaan Turki (TKAE) yang menerbitkan beberapa buku tentang topik tersebut.[1] Selama persidangan terhadap Revolutionary Cultural Eastern Hearths (DDKO) seusai kudeta tahun 1971,[8] jaksa penuntut berpendapat bahwa orang Kurdi itu tidak ada, dan bahasa mereka sebenarnya adalah dialek Turki.[9] Selain itu, Kenan Evren, kepala junta militer setelah kudeta tahun 1980, menyangkal keberadaan etnis Kurdi dan mengklaim bahwa kata dalam bahasa Kurdi lahir dari suara salju ketika seseorang berjalan di atasnya. Ia juga membatasi penggunaan bahasa Kurdi.[10]
^Orhan, Mehmet (2015-10-16). Political Violence and Kurds in Turkey: Fragmentations, Mobilizations, Participations & Repertoires (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 40. ISBN978-1-317-42044-6.