Hujung Panti
Sebuah tonggak kayu yang dinamakan "Hujung Panti", gunanya ialah tempat orang Maanyan kuno memandikan anak disungai untuk pertama kalinya yang disebut "Mubur Walenon'. Tonggak kayu itu dipakai hingga abad ke-14, terletak di sebelah barat laut kota Banjarmasin.
Di km 3, masuk sejauh kurang lebih 800 m kekiri jalan arah Martapura, terdapat sebuah tempat yang dinamakan Pangambangan. Pada daerah seluah 1 ha, terdapat permukaan tanah yang bersih, karena tidak terdapat satupun pepohonan yang bisa tumbuh. Diduga di situlah tempat pemukiman orang Maanyan yang pertama yang dipercaya oleh mereka, sebagai bekas bangunan Balai Adat hingga abad ke-16.
Pulau Banyar Kayutangi
Kebun buah-buahan yang dinamakan Pulau Banyar Kayutangi, tempat pemukiman orang Maanyan hingga awal abad ke-16. Di sini masih terdapat tiang-tiang bekas rumah kuno, terbuat dari kayu besi yang masih tersisa sampai sekarang, terletak 24 km dari kota Banjarmasin arah ke lapangan terbang Syamsuddin Noor.
Belontang
Tempat ditemukan Belontang dan makam kuno dari kayu besi terletak di Liang Anggang. Belontang dalam adat orang Maanyan adalah sebagai simbolis arwah orang yang sudah meninggal diadakan pesta adat secara sempurna.
Gunung Pematon
Gunung Paramaton atau gunung Madu-Maanyan, tempat penyimpanan pusaka kerajaan Nansarunai, sesudah dirampas kembali dari Tanjung Negara atau Banjarmasin pada tahun 1362.
Sumur Pahit
Di kota Martapura terdapat Belontang dan sumur kuno yang dinamakan Sumur Pahit, peninggalan orang Ma'anyan hingga abad ke-14. Sewaktu penggalian saluran pengairan dari waduk Riam Kanan ke arah Banjar Baru terdapat kuburan kuno orang Ma'anyan yang dipakai hingga abad ke-16.
Pemukiman Nansarunai kuno
Di km 24 dari Martapura ke arah Rantau, 150 m kanan jalan terdapat sebuah gua dan tanah yang sedikit ditumbuhi pepohonan. Diduga tempat itu adalah bekas pemukiman yang disebut Nansarunai kuno hingga awal abad ke-13, dan belum mengenal pemerintahan sistem raja. Sesudah Nansarunai dipindahkan ke Banua Lawas, baru timbul pemerintahan dalam bentuk kerajaan serta lahirnya hukum adat yang dipakai oleh orang Maanyan hingga sekarang.
Pulau Kadap
Daerah yang dinamakan Pulau Kadap, yaitu tempat pemusatan prajurit-prajurit Nansarunai, sebelum perang Nansarunai ke-2 tahun 1362.
Candi Laras
Di daerah Margasari, terdapat candi Laras tempat pemujaan agama Hindu Syiwa, dari kerajaan Negara dipa abad ke-14 hingga abad ke-16. Di sini terdapat juga sebuah patung batu, berupa ujud kepala babi sebagai prasasti yang dibuat oleh orang Maanyan tahun 1363.
Desa Negara, adalah tempat pemukiman bekas prajurit-prajurit Majapahit, terdiri dari orang Majapahit sendiri, orang Madura, orang Bugis dan orang-orang Nansarunai, setelah selesai perang Desember 1362, di sini terdapat:
- Para pandai besi yang ahli dalam pembuatan kapal-kapal serta peralatan rumah tangga lainnya.
- Para ahli pembuat tembikar, kenong atau gamelan dan gelang untuk tarian wadian Bawo dan wadian Dadas. Khusus untuk gamelan mereka buat memakai lima nada, yaitu do, re, mi, sol dan la ialah nada-nada yang dipakai oleh orang Maanyan dalam musik.
- Terdapat sebuah sumur kuno yang airnya berwarna merah, sebagai prasasti peristiwa perang Desember 1362.
Di kota Amuntai, terdapat Candi Agung yaitu tempat pemujaan agama dan Tambak wasi, yaitu tempat pembakaran mayat para prajurit Majapahit korban perang Nansarunai ke-1 pada bulan April 1358.
Berdasarkan uji sampel arang tahun 1996, candi dibangun kisaran tahun 242-226 SM(Kusmartono & Widianto, 1998:19-20)
Bertempat di Banyu Hirang, diselatan Kecamatan Danau Panggang terdapat:
- Beberapa kuburan massa yang disebut Tambak, yaitu tempat penguburan para prajurit Nansarunai dan Majapahit korban perang Desember 1362.
- Pada tahun 1953, pernah ditemukan oleh seorang penjala ikan yang bernama Abdullah Wahab sebuah tiang kapal tertimbun lumpur sedalam sekitar 1 m dari permukaan air. Jalanya tersangkut pada tiang kapal yang belum dia ketahui sejarahnya. Tempat ia menjala ikan tersebut yaitu sebuah danau yang dinamakan Telaga Silaba, di selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Di Pasar Arba atau Banua Lawas, adalah tempat kerajaan Nansarunai dari tahun 1309-1358, di sini terdapat peninggalan kuno antara lain:
- Makam raja Raden Anyan atau terkenal dalam sejarah lisan orang Maanyan mereka sebut Am'mah Jarang. Terletak di belakang masjid tua Banua Lawas.
- Sumur Tua tempat Raden Anyan gugur ditumbak oleh Laksamana Nala, tertutup lantai mesjid.
- Pohon Kamboja besar-besar, sebanyak tujuh pohon, terletak di belakang mesjid tua tersebut, sebagai peringatan moksanya tujuh orang putera Raden Anyan yaitu; Jarang, Idong, Pan'ning, Engko, Engkai, Liban dan Bangkas.
- Terdapat sebuah sumur tua sekitar 1 km arah barat kota kecamatan Banua Lawas yang disebut Sumur Am'mah Jarang, nama kecil Raja Raden Anyan,digunakan khusus bagi anggota keluarga kerajaan Nansarunai.