Pengusiran pengungsi Palestina oleh Kerajaan Yordania
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Pada tahun 1948, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya atas sebagian tanah yang diberikan kepada Inggris. Akan tetapi 7 negara Arab menyatakan perang kepada Israel pada 15 Mei 1948, sehari setelah pernyataan kemerdekaan Israel. Israel berhasil mengalahkan mereka semua dan banyak orang Palestina yang mengungsi sebagai akibat perang ini.
Pengungsi Palestina, sebagian mengungsi ke arah timur, ke Kerajaan Yordania. Saat itu, orang Palestina menjadi mayoritas dalam kerajaan Yordania dan menjadi masalah bagi raja Hussein. Mereka sering menyerang daerah Israel dan kembali ke Yordania sehingga memicu pembalasan Israel yang akhirnya melukai atau menewaskan orang Yordania. Pada puncaknya, pada tahun 1968, Israel menyerbu Karameh untuk menghancurkan Fatah yang sering merampok kawasan Israel. Angkatan bersenjata Yordania diperintahkan untuk tidak bertindak oleh Raja Hussein, tetapi Jendral Mash’hor Haditha membangkang dan menyerang IDF (tentara Israel).
Akibat dari pembangkangan Jendral Mash’hor, Raja Hussein menderita kerugian secara materiil dan moral karena meningkatnya agresifitas para milisi Palestina. Milisi Palestina mulai berlaku seperti negara dalam Kerajaan Yordania. Akhirnya, hukum-hukum Yordania tidak lagi berlaku di kamp pengungsi Palestina di Yordania. Parahnya, para milisi mulai merampok penduduk Yordania dan merekrut dari penduduk Yordania dan melanggar kesepakatan antara PLO dan Raja Hussein.
Konflik
Ketika milisi Palestina mulai menjadi mafia dan mempengaruhi rakyat Yordania untuk menjatuhkan raja mereka, mulai terjadi bentrokan bersenjata antara milisi Palestina dengan tentara Yordania. Tercatat 500 kasus berdarah antara 1968-1969. Salah satu kasus terparah adalah ada milisi Palestina yang memenggal tentara Yordania dan bermain bola dengan kepalanya di daerah tentara itu tinggal.
Pada tahun 1970, milisi Palestina mulai mendirikan pos pemeriksaan di kota-kota Yordania. Akhirnya terjadi bentrokan di Amman antara milisi Palestina dengan tentara Yordania, yang menewaskan 300 orang. Di antara Februari sampai Juni 1970, sekitar 1000 orang tewas akibat konflik bersenjata. Puncak kemarahan Raja Hussein adalah ketika milisi Palestina, PFLP mencoba beberapa kali membunuh Raja Hussein. Akhirnya pada 15 September 1970, Raja Hussein menyerang milisi-milisi Palestina. Peristiwa inilah yang dikenal sebagai “Black September”.
Intervensi Suriah
Dalam peristiwa ini, Syria berusaha membantu milisi Palestina dengan mengirimkan tank tetapi dengan mudah dikalahkan oleh pasukan udara Yordania. Para milisi yang kehilangan harapan menyetujui gencatan senjata pada tanggal 27 September 1970, yang akhirnya dilanggar oleh PFLP dan DFLP, milisi Palestina. Hal ini mengakibatkan bentrokan senjata kembali sampai Juni 1971, daerah pertahanan milisi Palestina terakhir di Yordania direbut kembali oleh pasukan Yordania dan para milisi Palestina pergi ke Libanon selatan.