Pengepungan Konstantinopel tahun 626 adalah pengepungan yang dilancarkan oleh Kekaisaran Sassaniyah, Kekhaganan Avar dan suku Sclaveni terhadap ibu kota Kekaisaran Romawi Timur di Konstantinopel. Sebelumnya, pada tahun 602, Phocas menjatuhkan kaisar Maurice (berkuasa 582–602) dan memulai rezim teror yang mengakibatkan kekacauan di kekaisaran. Kaisar Persia Khosrau II memanfaatkan kesempatan ini dan menggunakan kudeta tersebut sebagai dalih untuk menyerang Romawi Timur. Awalnya perang berlangsung mulus bagi bangsa Persia, tetapi Phocas dijatuhkan oleh Heraklius. Ia berhasil memperbaiki kekacauan yang disebabkan oleh Phocas dan kemudian melancarkan serangan ke wilayah Mesopotamia. Meskipun begitu, serangan ini tidak dapat menghentikan upaya bangsa Persia untuk mengepung kota Konstantinopel. Khosrau menugaskan 50.000 pasukan di Mesopotamia dan Armenia agar Heraklius tidak dapat menyerang Persia. Sementara itu, pasukan dalam jumlah kecil yang dipimpin oleh Shahrbaraz akan menyusup ke belakang pasukan Heraklius dan lalu menguasai Khalsedon yang menjadi basis Persia di Selat Bosforus. Khosrau juga mengkoordinasikan serangannya dengan Khagan Avar, sehingga Konstantinopel diserang dari dua arah, yaitu dari sisi Eropa dan Asia. Namun, angkatan laut Romawi Timur mengendalikan selat Bosforus, sehingga pasukan Persia tidak dapat membantu sekutu mereka di sisi Eropa. Sementara itu, pertahanan kota Konstantinopel dipimpin oleh Patriark Sergius dan patrician Bonus.
Pada tanggal 29 Juni 626, serangan ke Tembok Theodosius di kota Konstantinopel dimulai. Walaupun telah dibombandir selama sebulan, moral pasukan penjaga Konstantinopel tetap tinggi karena Patriark Sergius berhasil mengobarkan semangat dengan menggunakan agama, terutama prosesi yang ia lakukan dengan ikon Perawan Maria. Setelah armada Avar-Slavia dan Persia ditenggelamkan dalam dua pertempuran laut, para penyerang mengalami kepanikan dan kemudian mundur..
Kegagalan pengepungan ini telah menyelamatkan Romawi Timur dan membuka jalan bagi Heraklius untuk merebut kembali wilayah-wilayah Romawi Timur dan mengakhiri perang yang telah berlangsung selama lebih dari dua dasawarsa dengan mengembalikan perbatasan seperti pada tahun 590.
Catatan kaki
Daftar pustaka
- Dodgeon, Michael H.; Lieu, Samuel N. C.; Greatrex, Geoffrey, ed. (2002). The Roman Eastern Frontier and the Persian Wars: AD 363-630 : a narrative sourcebook. Routledge. ISBN 978-0415146876.
- Ekonomou, Andrew J. (2007). Byzantine Rome and the Greek Popes: Eastern Influences on Rome and the Papacy from Gregory the Great to Zacharias, AD 590–752. Lanham, MD: Rowman & Littlefield. ISBN 978-0739119778.
- Gambero, Luigi (1999). Mary and the Fathers of the Church: The Blessed Virgin Mary in Patristic Thought. Diterjemahkan oleh Thomas Buffer. Ignatius. ISBN 978-0898706864.
- Kaegi, Walter Emil (2003). Heraclius: Emperor of Byzantium. CUP. ISBN 978-0521814591.
- Oman, Charles (1893) [2012]. "XII Heraclius and Mohammed 610–641". Dalam Arthur Hassall. Europe, 476-918. Periods of European History. Period I. Macmillan. ISBN 978-1272944186.
- Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. Knopf. ISBN 978-0679450887.
- Treadgold, Warren (1997). A History of the Byzantine State and Society. Stanford University Press. ISBN 0-8047-2630-2.