Pembantaian Tikus Hanoi Besar terjadi pada 1902 kala Gubernur Jenderal Indochina Paul Doumer mengirimkan tim penangkap tikus di sistem pembuangan Hanoi. Tim penangkap tikus tersebut beranggotakan pribumi Vietnam, bukan warga Perancis. Tiap-tiap anggota tim pemburu tikus diberi upah sesuai dengan tikus yang berhasil mereka tangkap.
Di minggu pertama tim penangkap tikus bekerja, 7.985 ekor tikus berhasil ditangkap. Lalu meningkap menjadi 4.000 ekor, dan meningkat lagi menjadi 15.041 ekor. Pada 12 Juni 1902, ada 20.114 ekor tikus yang berhasil dibasmi. Meskipun dibantai oleh tim yang dibentuk Doumer, tikus tak pernah musnah. Sejak pertengahan Juni-Juli, intensitas kerja tim menurun hingga akhirnya berhenti bekerja. Doumer lantas memutuskan menaikkan upah per ekor tikus yang ditangkap, dari satu sen menjadi dua sen, guna memotivasi tim penangkap tikus.
Doumer meminta bantuan masyarakat untuk membasmi tikus dengan iming-iming berupa uang senilai satu sen untuk setiap tikus yang berhasil dibunuh. Uang tersebut diberikan tatkala masyarakat menyetorkan ekor tikus sebagai bukti pada pemerintah kolonial. Akibatnya, masyarakat Vietnam berbondong-bondong menangkapi tikus. Ironisnya, karena yang diminta bukti hanya ekor semata, warga menangkap tikus bukan untuk dibasmi, tetapi dipotong ekornya semata dan dibiarkan berkembang biak. Wirausaha ternak tikus pun merajalela. Pada 1903, Hanoi dilanda wabah pes. Menurut "catatan resmi" pemerintah kolonial, wabah tersebut menewaskan 110 jiwa penduduk Hanoi.[1]
Referensi