Kita juga tidak boleh melupakan peristiwa paling berkesan dalam sejarah modern. Pada 11 September 2001, Amerika Serikat menyadari kerentanannya – bahkan terhadap ancaman yang meningkat di belahan dunia yang lain. Dulu kita berjanji, dan kini kita berjanji, untuk menghadapi ancaman apa pun di mana pun yang berpeluang memicu teror dan penderitaan di Amerika Serikat.
Sernagan ini mengubah politik dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat secara luas dan besar-besaran. Di dalam negeri, partai Demokrat dan Republik mendukung undang-undang antiterorisme baru atau penguatan undang-undang lama. Sejak 9/11 sampai 2011, 119.044 orang ditangkap atas kegiatan teror dan 35.117 orang divonis bersalah di 66 negara. Sebelum 9/11, jumlah orang yang dinyatakan bersalah atas kegiatan terorisme hanya berkisar ratusan per tahun.[2]
Dalam beberapa tahun terakhir, perang di Afganistan yang awalnya dianggap "perang yang benar" kini tidak populer. Hingga 2011[update], lebih dari 60% warga Amerika Serikat menentang perang ini.[3]
Pemerintah Amerika Serikat membentuk Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) sebagai tanggapan atas serangan ini. DHS adalah departemen kabinet pemerintah federal Amerika Serikat yang ditugaskan melindungi wilayah Amerika Serikat dari serangan teroris dan menanggapi bencana alam.
Dengan kurang lebih 184.000 karyawan, DHS adalah departemen kabinet terbesar ketiga di pemerintahan federal Amerika Serikat setelah Departemen Pertahanan dan Departemen Veteran. Kebijakan DHS dikoordinasikan di Gedung Putih oleh Dewan Keamanan Dalam Negeri. Lembaga lain dengan tugas keamanan dalam negeri yang besar adalah Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat, Departemen Kehakiman dan Departemen Energi.
Dampak masyarakat
Kecurigaan
Di Amerika Serikat, banyak aktivitas warga asing atau warga negara yang sebelumnya dianggap biasa saja (atau eksentrik) mulai dipandang secara mencurigakan, khususnya perilaku orang-orang yang pakaian atau warna kulitnya berbau "Arab".[4]Enam imam Muslim dikeluarkan dari sebuah pesawat terbang ketika mereka salat sebelum terbang dan memiliki "perilaku yang mencurigakan".[5] Berbagai lembaga pemerintahan dan kepolisian di Amerika Serikat meminta masyarakat mengawasi orang-orang di sekitar mereka dan melaporkan tindakan yang "tidak lazim". Papan peringatan yang meminta warga melaporkan hal-hal yang tidak biasa dipasang di semua ruang publik. Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat menyarankan warga untuk "tetap waspada, memantau sekitar, dan segera melaporkan barang-barang atau aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang."[6]
Diskriminasi
Sejak 9/11, warga negara keturunan Arab, Muslim, Sikh, dan Asia Selatan, serta warga yang dianggap mirip mereka, menjadi korban ancaman, vandalisme, dan penyerangan di Amerika Serikat.[7]
Keselamatan transportasi
Karena warga Amerika Serikat takut terbang, mobil semakin sering digunakan pasca-9/11. Akibatnya, jumlah korban jiwa akibat kecelakaan jalan raya naik menjadi 1.595 jiwa pada tahun 2002.[8]