Pasak pondasi Hurri, juga dikenal dengan nama singa Urkesh, adalah dua pasak pondasi yang terbuat dari tembaga, masing-masing dipahat kedalam bentuk seekor singa yang kemungkinan berasal dari kota kuno Urkesh (sekarang Tell Mozan) di Suriah. Pasak pondasi ini kemungkinan ditempatkan pada batu pondasi di kuil Nergal di kota Urkesh. Telah ditemukan juga sebuah prasasti dengan tulisan paku di Tell Mozan yang menjelaskan pemasangan kedua pasak pondasi tersebut di sebuah kuil Nergal. Tulisan paku juga ditemukan pada kedua pasak pondasi tersebut. Kedua inskripsi yang ditemukan pada prasasti dan pada kedua pasak pondasi tersebut adalah tulisan dalam bahasa Hurri tertua didunia. Pasak pondasi Hurri tersebut saat ini disimpan di Musée du Louvre di Paris dan di Metropolitan Museum of Art di New York.[1]
Deskripsi
Kedua pasak pondasi ini berasal dari periode Kekaisaran Akkadia ca 2300–ca 2159 BCE.[2] Kedua pasak pondasi ini ditempatkan sebagai pondasi untuk kuil Nergal, dewa alam kematian, pada saat pembangunan kuil tersebut. Pasak-pasak tersebut dikubur bersamaan dengan pondasi untuk melindungi dan merawat kuil tersebut, dan juga untuk melindungi raja Urkesh, Tish-atal, yang mendedikasikan kuil tersebut.[3] Di bagian atas dari pasak tersebut terdapat ukiran singa yang sedang menggertak, dengan kaki depannya meregang kedepan, sementara bagian bawah singa itu berakhir menjadi sebuah pasak yang tebal. Singa tersebut menempatkan cakarnya ke atas lempengan tembaga yang diatasnya juga diukir sebuah tulisan huruf paku.[2] Lempengan tembaga dan pasak singa tersebut dibuat secara terpisah dan kemudian disambungkan bersama.[3] Penggunaan figur singa sebagai sosok pelindung sangat umum di kebudayaan Mesopotamia kuno, namun pasak pondasi Hurri yang ditemukan Urkesh terbilang unik karena mereka digunakan pada pasak pondasi.[2]
Pasak pondasi Hurri yang disimpan di Louvre memiliki ukuran 122 sentimeter (48 in) kali 85 sentimeter (33 in), sementara lempengan tembaganya memiliki lebar 85 sentimeter (33 in). Tulisan pada lempengan tembaga tersebut hampir terhapus tapi bagian-bagian yang masih bisa terbaca mengkonfirmasikan bahwa tulisan yang terdapat pada pasak pondasi tersebut sama persis dengan tulisan huruf paku yang ditemukan pada sebuah prasasti batu.[1] Prasasti batu berwarna putih yang ditemukan di Urkesh dan berukuran 10 sentimeter (3,9 in) kali 9 sentimeter (3,5 in) tersebut memiliki tulisan sebagai berikut:[1][2]
"Tishatal, raja (Endan) dari Urkesh, telah membangun sebuah kuil untuk dewa Nergal. Semoga dewa Nubadag melindungi kuil ini. Semoga Nubadag menghancurkan siapapun yang berusaha menghancurkannya; semoga tuhannya tidak mendengarkan doanya. Semoga Nyonya dari Nagar, (dewa matahari) Shimiga, dan dewa badai [memberikan kutukan 10.000 kali kepada siapa pun yang berusaha menghancurkannya]."
Inskripsi dengan tulisan paku tersebut adalah tulisan pertama yang ditemukan tertulis dalam bahasa Hurri.[1] Prasasti batu tersebut juga dikubur bersama dengan pasak tembaga, terbukti dari adanya sebuah cetakan tembaga oksida pada prasasti batu tersebut, dan cetakan kebalikan batu kapur yang tercetak pada lempengan tembaga di pasak.[4]
Pasak pondasi Hurri di Met memiliki ukuran 117 sentimeter (46 in) kali 79 sentimeter (31 in)[2][5] Kondisi pasak ini kurang terawat dibandingkan dengan kondisi pasak yang berada di Louvre. Tulisan-tulisan yang masih terbaca pada lempengan tembaga mengindikasikan bahwa tulisan tersebut sama persis dengan tulisan yang ada pada pasak pondasi yang disimpan di Louvre.[6]