Panca Maha Bhuta

Pengertian Panca Maha Bhuta

Dalam agama Hindu, terdapat lima unsur pembentuk alam semesta dan seluruh isinya, seperti unsur padat, cair, cahaya, udara, dan ruang. Kelima unsur tersebut dikenal dengan sebutan pañca mahābhūta. Alam semesta terdiri atas bhuana agung dan bhuana alit. Bhuana agung adalah alam besar atau dunia, sedangkan bhuana alit adalah alam kecil atau manusia. Bhuana agung dan bhuana alit sama-sama terbentuk oleh pañca mahābhūta. Panca Maha Bhuta sendiri terdiri dari kata Panca berarti lima, dan kata Maha Bhuta berarti Penyusun unsur kasar (dapat didefinisikan dan kasat mata), kelima unsur ini merupakan penyusun utama bhuana agung (makrokosmos/alam semesta) dan bhuana alit (mikrokosmos/manusia). Panca Mahabhuta sebagai penyusun alam semesta, gaib dan abadi yaitu Cetana dan Acetana yang juga disebut sebagai sebab mula terciptanya segala yang ada (causa prima).

Cetana berkedudukan di atas, berwujud kesadaran tertinggi dan Acetana berkedudukan di bawah berwujud maya (lupa). Pertemuan Cetana dan Acetana menciptakan Purusa dan Pradana yang merupakan sumber roh dan materi. Pertemuan Purusa dan Pradana menghasilkan (menciptakan) citta-guna. Pertemuan setiap citta dan guna ini akan menghasilkan Panca Tan Matra dan Panca Maha Bhuta. Kelima unsur tersebut bercampur menjadi satu membentuk brahmanda-brahmanda atau planet-planet yang terdapat pada alam semesta ini. Setiap planet yang ada di alam semesta memiliki kadar unsur yang lebih menonjol dari unsur yang lain, sehingga terdapat planet yang berbeda. Unsur Pañca mahābhūta merupakan unsur nyata dalam kehidupan ini. Untuk mengetahui lebih lanjut bahwa unsur Pañca mahābhūta merupakan unsur nyata.[1]

Bagian Panca Maha Bhuta

Panca Maha Bhuta terdiri atas 5 Unsur yakni:

Teja (Unsur Cahaya)

Teja merupakan segala unsur panas, sinar maupun cahaya. Unsur Teja ini dapat dilihat melalui Rupa Tan Matra (Penghilatan) dan dirasakan melalui Rasa Tan Matra (Indra Perasa)

Apah (Unsur Cair)

Apah merupakan unsur cair yang terdapat di alam semesta ini. Unsur Apah dapat dirasakan melalui Sparsa Tan Matra (Sentuhan) dan Rasa Tan Matra (Indra Perasa).

Bayu (Unsur Udara)

Bayu merupakan segala unsur angin yang sering dirasakan ketika berhembus melalui Rasa Tan Matra (Indra Perasa).

Perthivi (Unsur Padat)

Pertiwi merupakan segala unsur padat yang bersifat tetap. Unsur Pertiwi dapat dirasakan melalui Rupa Tan Matra (Penglihatan), Rasa Tan Matra (Indra Perasa), dan Sparsa Tan Matra (Sentuhan).

Akasa (Unsur Ruang)

Akasa/ether/ruang merupakan segala unsur ruang (baik kosong maupun berisi). Unsur Akasa dapat di lihat melalui Rupa Tan Matra (Penglihatan).

Contoh Panca Maha Bhuta Serta Pengelompokannya

Pañca Mahābhūta pada Bhuana Agung

a. Prthivī

Unsur prthivī pada alam semesta yang terbentuk dari unsur padat seperti: tanah, batu, kayu, besi, tanah, pasir, tembaga, emas, karang, dll.

b. Āpah

Unsur āpah pada alam semesta yang terbentuk dari zat cair seperti: air, embun, hujan, sungai, laut, susu, minyak, dll.

c. Teja

Unsur teja pada alam semesta yang terbentuk dari unsur cahaya/api seperti: api, cahaya, sinar, larva dll.

d. Bayu

Unsur bayu pada alam semesta yang terbentuk dari unsur angin seperti: angin, udara, atmosfer, oksigen, dll.

e. Ākāśa

Unsur ākāśa pada alam semesta yang terbentuk dari unsur ruang seperti: ruang, gua, angkasa, langit dll.


Pañca Mahābhūta pada Bhuana Alit

a. Prthivī

Unsur prthivī pada manusia yang terbentuk dari unsur padat seperti: tulang, kulit, kuku, daging, gigi, otot,

rambut, dll.

b. Āpah

Unsur āpah pada manusia yang terbentuk dari unsur cair seperti: darah, lemak, enzim-enzim, air liur, keringat,

air seni, dll.

c. Teja

Unsur teja pada manusia yang terbentuk dari unsur panas seperti: suhu badan, warna badan, semangat, dll.

d. Bayu

Unsur bayu pada manusia yang terbentuk dari unsur udara seperti: napas, bau badan, gas dalam tubuh, sendawa,

dll.

e. Ākāśa

Unsur ākāśa pada manusia yang terbentuk dari unsur dalam bentuk ruang padat seperti: rongga dada, lubang

telinga, lubang hidung, tenggorokan, dll.

Panca Maha Bhuta pada penerapannya di kelompokan menjadi 3:

  • Kelompok Eka Pramana (Memiliki satu kekuatan hidup: Bayu-bergerak/berayun)

a. Trana adalah bangsa rumput yang hidup di air maupun di darat. (Rerumputan, Rumput laut, Acar Laut, dll.)

b. Lata adalah bangsa tumbuhan-tumbuhan yang menjalar pada pohon dan tanah. (Akar, Tanaman merambat pada akar kokoh, dll.)

c. Taru adalah bangsa semak dan pepohonan. (Semak Belukar, Mangga, Pinus, dll.)

d. Gulma adalah bangsa pohon yang bagian dalamnya berongga. (Tebu, Bambu, Rotan, dll.)

e. Janggama adalah bangsa tumbuhan yang hidupnya menumpang pada tumbuhan yang lain. (Tali Putri, Paku Tanduk Rusa, dll.)

  • Kelompok Dwi Pramana (Memiliki dua kekuatan hidup: Bayu-bergerak, Sabda-bersuara)

a. Swedaya adalah bangsa binatang yang bersel satu yang hidup di air maupun di darat. (Amoeba, Bakteri, dll.)

b. Andaya adalah bangsa binatang yang bertelur yang hidup di perairan maupun di darat. (Ayam, Bebek, Cicak, Ikan, dll.)

c. Jarayudha adalah bangsa binatang yang menyusui. (Sapi, Kucing, Anjing, Monyet, dll.)

  • Kelompok Tri Pramana (Memiliki tiga kekuatan hidup: Bayu-bergerak, Sabda-bersuara, Idep-berfikir)

a. Nara Marga adalah manusia setengah binatang.

b. Wamana adalah manusia kerdil.

c. Jatma adalah manusia yang paling sempurna.

Hubungan Bhuana Alit dengan Bhuana Agung Dalam Ajaran Panca Maha Bhuta

Manusia dan alam semesta memiliki kesamaan unsur-unsur pembentuknya. Jika alam di sekitar manusia mengalami perubahan maka manusia juga mengalami perubahan sehingga dapat menyelaraskan diri. Manusia yang mampu menyelaraskan diri akan mampu menjaga kesehatan dirinya serta lingkungannya, sedangkan jika manusia tidak mampu menyelaraskan diri dapat menyebabkan terjadi ketidakseimbangan dalam dirinya seperti sakit, kondisi tidak enak/fit serta hal yang lainnya.

Alam Semesta (bhuana agung) dan Manusia (bhuana alit) memiliki hubungan yang sangat erat yakni:

1. Bhuana agung dan bhuana alit sama diciptakan Sang Hyang Widhi sebagai pemilik sumber hidup.

2. Bhuana agung dan bhuana alit memiliki unsur-unsur yang sama, yakni sama-sama dibentuk oleh unsur panca

Mahabhuta.

3. Bhuana agung dan bhuana alit dalam kehidupan ini saling melengkapi, alam memberikan kebutuhan manusia, manusia

bertugas menjaga alam.

4. Bhuana agung dan bhuana alit saling mempengaruhi sebab unsurnya sama. Manusia yang tinggal di daerah yang unsur cairnya tinggi perlu menyesuaikan diri dengan alam, karena jika tidak maka manusia tersebut tidak akan mampu bertahan.

Teori atau Kisah Pembentukan Alam Semesta

  • Unsur-unsur pembentuk alam semesta dijelaskan oleh para tokoh-tokoh penganut Samkhya. Orang-orang menyebut dengan teori Samkhya-Vedānta. Unsur pembentuk alam semesta ini dari unsur yang halus dan unsur yang lebih kasar atau dapat dilihat dengan kasat mata yang disebut Pañca Mahabhuta dan Pañca Tanmatra. Sumber alam semesta yang utama adalah Sang Hyang Widhi atau Brahman yang abadi. Beliau tanpa awal dan tanpa akhir, beliau juga tidak dilahirkan, serta tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Sebelum penciptaan ini ada pada awalnya yang ada hanya kegelapan sebab guna dalam keadaan seimbang. Ketika guna mengalami ketidakseimbangan maka mulai tercipta alam semesta.
  • Unsur-unsur pembentuk alam semesta dalam kitab-kitab Purana yang dikenal dengan Teori Purāna. Brahman atau Sang Hyang Widhi yang bangkit dari telur kosmos. Sang Hyang Widhi merupakan makhluk pertama mengambil wujud dan Beliau mencipta seluruh isi alam semesta termasuk Pañca Mahabhuta, Hiranyagarbha. Kemudian Sang Hyang Widhi menciptakan telur kosmos yang kemudian berkembang dan mencakup tujuh dunia, bumi dengan tujuh benua, samudra-samudra dan segala sesuatunya termasuk matahari, bulan, bintang-bintang, Saptaloka, dan Saptapatala.

" Berdasarkan teori-teori dalam Purana dan Samkhya menjelaskan bahwa unsur pembentuk alam semesta yang paling kasar atau nyata adalah Panca Mahabhuta. Kelima unsur kasar inilah yang menyebabkan kita dapat melihat bentuk alam semesta seperti sekarang ini. "

Upaya Menyelarasan atau Menyeimbangkan Diri dengan Alam

Bhuana Alit harus selalu berusaha menyeimbangkan diri dengan alam lingkungan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menyelaraskan diri dengan alam melalui:

1. Melaksanakan Upacara Bhuta Yadnya dengan melakukan pengorbanan kepada makhluk yang lebih rendah, seperti

melaksanakan upacara Tumpek Pengatag dan Tumpek Kandang.

2. Mengadakan pelestarian alam seperti menjaga hutan, tidak mencemari air, tidak memburu binatang dengan semena-

mena.

3. Selalu menjaga kebersihan lingkungan seperti membersihkan selokan, menanam tanaman yang dapat mengurangi pemanasan global, dan yang lain.

4. Memanfaatkan isi alam dengan bijak, seperti mengambil air secukupnya, mengambil kayu secukupnya, mengambil hasil bumi secukupnya, serta memperlakukan alam sebagai sahabat manusia.

Proses Penciptaan Alam Semesta Dalam Agama Hindu

Mereka yang agung menjadi pemilik langit di mana para Dewa masa lampau, para Sadhya berada. Sloka-sloka dalam pustaka suci Rgveda X.90.1—16 menjelaskan bahwa sesungguhnya Purusa adalah semuanya, dari Purusa lahir, matahari, bulan, planet-planet, Deva-Deva, empat arah mata angin, catur varna, serta yang lain. Jadi, para orang suci mengadakan pemujaan kepada Purusa.


Dalam pustaka suci Agni Purān.a 17.1—16, digambarkan bagaimana proses penciptaan alam semesta sebagai berikut.

Agni bersabda:

Aku akan menjelaskan sekarang penciptaan alam semesta, yang merupakan dari krida Sang Hyang Visnu. Beliaulah yang menciptakan surga dan lain-lain. Pada permulaan ciptaan dan dilengkapi dengan sifat-sifat dan tanpa sifat-sifat. Brahma, yang tidak menampakkan diri, sesungguhnya yang ada. Saat itu, tidak ada langit, siang atau malam, dan lain-lain. Sang Hyang Visnu masuk ke dalam Prakriti dan Purusa dan menggerakkannya.

Pada saat penciptaan, yang pertama kali terpancar adalah mahat. Kemudian, terwujudlah ahamkara, selanjutnya disusul pertama dari keadaan natural, kilauan cahaya unsur-unsur alam, dan sebagainya. Kemudian, meluaplah ether (Ākāśa) yang merupakan unsur dasar suara dari ahamkara. Kemudian, angin (vāyu) merupakan unsur dasar sentuhan (sparsa) dan api (teja) sebagai unsur dasar warna (rupa) menjadi ada daripadanya. Air (āpah) sebagai unsur dasar rasa (rāsa/menjadi ada) dari padanya. Tanah (prithivī) sebagai unsur bau (gandha). Dari kegelapan, lahirlah ego, indriya (menjadi ada) yang tampak berkilauan.


Evolusi selanjutnya adalah terciptanya 10 kahyangan dan pikiran, sebelas indriya. Selanjutnya, muncullah Sang Hyang Svayambhu (yang ada dengan sendirinya), yakni Sang Hyang Brahma yang berkeinginan menciptakan berbagai tipe makhluk hidup. Sang Hyang Brahma menciptakan air yang pertama karena hal itu merupakan ciptaan spirit yang tertinggi. Dari pergerakannya yang pertama karenanya Ia disebut Narayana. Kemudian, mengambang telur di atas air yang warnanya keemasan.


Sang Hyang Brahma lahir dengan keinginannya sendiri. Oleh karenanya, kita mengenalnya dengan sebutan Svayambhu. Hidup sepanjang tahun disebut Hiranyagarbha, kemudian menjadikan telur itu dua bagian, yaitu menjadi surga dan bumi. Di antara kedua bagian itu, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan langit. Sepuluh penjuru menyangga bumi yang mengambang di atas air. Kemudian, Sang Hyang Prajapati berkeinginan mencipta, menciptakan waktu, pikiran, perkataan, keinginan, kemarahan, keterikatan, dan lain-lain. Dari cahaya, Ia menciptakan petir dan mendung, dan burung-burung. Ia pertama menciptakan Indra. Kemudian, menciptakan Rcah, Yajumsi, dan Samani untuk menyelesaikan yajña-Nya.

Mereka yang ingin menyelesaikan (yajña), memuja para devata dengan (merapalkan) mantram-mantram tersebut. Makhluk hidup yang tinggi dan rendah diciptakan-Nya. Ia menciptakan Sanatkumara dan Rudra, yang lahir dari kemarahan-Nya. Kemudian, Ia menciptakan para Rsi Marici, Atri, Angirasa, Pulastya, Pulaha, Kratu, Vasistha, yang diyakini sebagai putra-putra yang lahir dari pikiran Sang Hyang Brahma.


Oh, Yang Mulia! Para Rsi tersebut melahirkan (banyak) makhluk hidup, membagi diri-Nya atas dua bagian, separuh menjadi laki-laki dan separuh lagi menjadi perempuan. Selanjutnya, Brahma melahirkan anak-anak-Nya melalui separuh bagiannya yakni bagian yang perempuan. Sloka dalam pustaka suci Agni Purān.a 17.1—16, menjelaskan bahwa alam semesta merupakan hasil krida Sang Hyang Visnu yang masuk ke dalam prakriti dan purus.a serta menggerakkan, sehingga terjadi penciptaan alam semesta ini.


Proses penciptaan alam semesta dalam agama Hindu menurut Rg. Veda

nāsadāsīnno sadāsīttadānim nāsīdrajo no vyomā paro yat,

kim āvarīvah kuha kasya śarmannam bhah kimāsīdgahanam gabhīram.

Artinya:

Tidak ada yang abadi, demikian pula dunia tidak akan abadi, tidak abadi pula dengan cakrawala, maupun yang ada di atas Bagaimana di sana ada tempat yang tertutup, dan di mana? Apakah kebahagiaan yang besar di sana? Bagaimana terdapat air yang tidak dapat diduga?


na mrtyurāsīdamrtam na tarhi na rātryā ahna āsītpraketah,

ānīdavātam svadhayā tadekam tasmād dhānyanna parah kim canāsa.

Artinya:

Kematian bukanlah suatu masa yang abadi, tidak ada petunjuk mengenai siang dan malam; dia yang tunggal bernapas dengan kekuatannya sendiri, di sisi lain tidak ada yang lainnya.


tama āsīttamasā gūlhamagre`prakeram Salilam sarvamā idam

Tucchyenābhavapihitam yadāsītta Pasastanmahinājāyataikam.

Artinya:

Terdapat kegelapan yang menutupi kegelapan pada permulaan, dunia ini semua adalah air yang tidak begitu jelas; yang kosong bersatu yang tertutup dengan suatu apa pun, yang diperoleh melalui kekuatan yang benar.


kāmastadagre samavartatādhi manaso retah prathamam yadāsīt

sato badhumasati niravindanhrdi pratīsyā kavayo manīsā.

Artinya:

Di awal keinginan, yang pertama berada pada pikiran; orang bijak melakukan meditasi di dalam hatinya guna menutupi kebijaksanaan yang berkaitan dengan keberadaan yang tidak dapat diketahui.


tiraścīno vitato raśmiresāmadhah svidāsī-dupari svidāsīt,

retodhā āsanmahimāna āsantsvadhā avastātprayatih parastāt.

Artinya:

Sinarnya yang sangat kuat keluar, apakah itu melintas, atau mengarah ke bawah, atau ke atas, mengeluarkan adalah kekuatan, makanan adalah bagian yang terendah, pemakan adalah yang paling tinggi.


ko addhā veda ka iha pra vocatkuta ājātā kuta iyam visrstih,

arvāgdevā asya visarjanenāthā ko veda yata ābabhūva.

Artinya:

Siapa yang benar-benar mengetahui? Siapa yang mengumumkan keberadaan dunia ini? Kapan penciptaan ini terjadi, kapan itu dilakukan? Para Dewa yang berikut pencipta dunia sehingga siapa yang mengetahui kapan itu mulai ada?


iyam visrstiryata ābabhūva yadi vā dadhe yadi vā na

yo asyādhyaksah parame vyomantso anga veda yadi vā na veda.

Artinya:

Dia menciptakan untuk siapa, semoga Dia yang mengendalikannya, atau Dia mungkin tidak; Dia yang mengawasinya di surga yang paling tinggi, dia sebenarnya mengetahui, atau jika Dia tidak mengetahui, tiada seorang pun yang melakukan itu.

~ Rgveda X.129.1—7

sahasraśīrsā purusah sasasrāksah sahasrapāt,

sa bhūmim viśvato vrtvātyatisthaddaśāngulam.

Artinya:

Purusa yang memiliki seribu kepala, seribu mata, seribu kaki, menginjak bumi dari berbagai arah, memenuhinya hanya dengan ukuran sepuluh jari.


purusa evedam sarvam yadbhūtam yacca bhavyam,

utāmrtatvasyeśāno yadannenātirohati.

Artinya:

Purusa sesungguhnya adalah semua yang ada di alam semesta, yang pernah ada dan yang akan ada: ia juga adalah penguasa kekekalan; karena ia melakukan hal di luar kemampuan untuk kehidupan semua makhluk hidup.


etāvānasya mahimāto jyāyāmśca pūrusah,

pādosya viśvā bhūtāni tripādasyāmrtam divi.

Artinya:

Demikianlah keagungan-Nya; dan Purus.a bahkan melebihi ini. Semua makhluk digabungkan menjadi satu hanya seperempat diri-Nya; Tiga perempat bagian yang lain ada di langit, sebagai makhluk kekal.


tripādūrdhva udaitpurusah

padosyehabhavatpunah tato visvan

vyakramatsasananasane abhi.

Artinya:

Tiga perempat bagian dari Purus.a naik ke langit; seperempatnya lagi tinggal di bumi melakukan aktivitas secara berulang-ulang, dan terbagi dalam berbagai wujud, dalam dua kelompok, yaitu yang bergerak dan yang tidak bergerak.


tasmādvirālajāyata virāji adhi pūrusah

sa jāto atyaricyata paścadbhūmimatho purah.

Artinya:

Darinya lahir Virāj dan dari Virāj lahir Purus.a; ia, segera setelah lahir, termanifestasikan dan kemudian menciptakan bumi dan segala isinya.


yatpurus.ena havisā devā yajñamatanvata,

vasanto asyāsīdājyam grīsma idhmah śaradbhavih.

Artinya:

Ketika para Dewa melakukan upacara persembahan dengan Purusa sebagai persembahan, musim semi adalah Ghee-nya, musim panas minyaknya, dan musim gugur persembahannya.


tam yajñam barhis.i prauks.an-purusam

jātamagratah tena devā

ayajanta sādhyā rs.ayaśca ye.

Artinya:

Mereka mempersembahkan Purus.a di rumput suci sebagai persembahan, terlahir sebelum penciptaan; dengannya para Dewa adalah para Sadhya dan mereka yang adalah para Rsi dipersembahkan.


tasmādyajñātsarvahutah sambhrtah prsadājyam

paśūntāmścakre vāyavyānāranyān grāmyāśca ye.

Artinya:

Dari korban itulah, yang di dalamnya seluruh alam semesta dipersembahkan, campuran mentega dan kacang dihasilkan, dan ia membuat binatang yang dikepalai oleh vāyu, mereka yang liar dan juga jinak.


tasmādyajñātsarvahuta rcah sāmāni jajñire

chandāmsi jajñire tasmādyajustasmādajāyata.

Artinya:

Dari kurban itu, yang mana seluruh semesta dipersembahkan, para Rsi dan Saman dihasilkan; darinya semua Metre terlahir; darinya semua Yaju terlahir.


tasmādaśvā ajāyanta ye ke cobhayādatah

gāvo ha jajñire tasmāt tasmājjātā ajāvayah.

Artinya:

Darinya terlahir kuda-kuda dan binatang apa saja yang memiliki dua baris gigi; sapi-sapi lahir darinya; dan darinya juga lahir kambing dan domba.


yatpurus.am vyadadhuh katidhā

vyakalpayan mukham kimasya kau

bāhū kā ūrū pādā ucyate.

Artinya:

Ketika mereka mempersembahkan Purus.a, ke dalam berapa bagian mereka bisa membaginya? Dinamakan apa mulutnya, dinamakan apa tangan, paha, dan kakinya?


brāhmanosya mukhamāsīd bāhū rājanyah krtah

ūrū tadasya yadvaiśyah pudbhyām śūdro ajāyata.

Artinya:

Mulut-Nya menjadi Brahmana, tangan-Nya menjadi Rajanya, paha-Nya menjadi Vaisya, dan Sudra lahir kaki-Nya.


candramā manaso jātaścaksoh sūryo ajāyata

mukhādindraścā-gniśca prānādvāyurajāyata.

Artinya:

Bulan terlahir dari pikiran-Nya, matahari lahir dari mata-Nya, Indra dan Agni lahir dari mulut-Nya, dan Vāyu dari napas-Nya.


nābhyā āsīdantariksam śīrsno dyauh samavartata

padbhyām bhūmirdiśah śrotrāttathā lokām akalpayan.

Artinya:

Dari pusar-Nya muncul ruang angkasa, dari kepala-Nya dilahirkan langit, bumi dari kaki-Nya, empat penjuru arah dari telinga-Nya, demikianlah semuanya membentuk seluruh bumi ini.


saptāsyāsan paridhayastrah sapta samidhah krtāh

devā yadyajñam tanvānā abadhnanpurusam paśum.

Artinya:

Ada tujuh kelompok persembahan yang dibuat, dua puluh tujuh bagian kayu bakar disiapkan, ketika para Dewa merayakan persembahan ini, dengan mempersembahkan Purusa sebagai kurbannya.


yajñena yajñamayajanta devāstāni dharmāni prathamānyāsan

te ha nākam mahimānah sacanta yatra pūrve sādhyāh santi devāh.

Artinya:

Dengan persembahan para Dewa memuja-Nya yang mana mereka juga adalah bagian dari kurban; itu adalah tugas pertama.

~ Rgveda X.90.1—16

Sloka

Bhagavad Gita

 
karma-jaḿ buddhi-yuktā hi
phalaḿ tyaktvā manīṣiṇaḥ
janma-bandha-vinirmuktāḥ
padaḿ gacchanty anāmayām


Dengan menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti itu, resi-resi yang mulia dan penyembahku membebaskan asep
 diri dari hasil pekerjaan di dunia material. Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai keadaan di luar segala kesengsaraan (hukum alam).

Bhagvad Gita (II, 51)[2]

Rg Veda

"Pada waktu itu, tidak ada makhluk (eksistensi) maupun non makhluk (non eksistensi); pada waktu itu tidak ada atmosfir dan juga tidak ada lengkung langit di luarnya. Pada waktu itu apakah yang menutupi, dan di mana? Apakah air yang tak terduga dalamnya yang ada di sana." (RgVeda X.129.1)

"Waktu itu tidak ada kematian, pun juga tidak ada kehidupan (makhluk), tidak ada tanda yang menandakan siang dan malam. Yang Maha Esa bernafas tanpa nafas menurut kekuatannya sendiri. Bernafas menurut kekuatan-Nya sendiri. Diluar dia tidak ada apapun juga." (RgVeda X.129.2)

"Pada mula pertama kegelapan ditutupi kegelapan. Semua yang ada ini adalah keterbatasan yang tak dapat dibedakan. Yang ada pada waktu itu adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tapas (tenaga panas) yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong." (RgVeda X.129.3)

"Pada awal mulanya keinginan (Tuhan) menjadi bermanifestasi yang merupakan benih awal dan benih semangat. Para rsi setelah meditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara eksistensi dan non eksistensi." (RgVeda X.129.4)

"Sinarnya terentang keluar, apakah ia melintang, apakah ia di bawah atau di atas. Kemudian ada kemampuan memperbanyak diri dan kekuatan yang luar bisa dahsyatnya, materi gaib ke sini dan energi ke sana." (RgVeda X.129.5)

"Siapa yang sungguh-sungguh mengetahui dan memaparkannya di sini, dari manakah datangnya alam semesta yang menjadi ada ini? Orang-orang bijaksana lebih belakang dari ciptaan alam semesta ini, karena itu siapakah yang mengetahui dari mana munculnya (ciptaan) ini." (RgVeda X.129.6)

"Sesungguhnya Dia telah menciptakan alam semesta ini, serta mengendalikannya (di dalam kekuasaan-Nya). Dia yang mengawasi alam semesta ini berada di atas angkasa yang tak terhingga, sesungguhnya Dia mengetahui alam semesta ini seluruhnya dan “wahai manusia” janganlah mengakui eksistensi lain yang mana pun sebagai Pencipta alam semesta ini." (RgVeda X.129.7) [3]

Taittirya Upanisad

 
...
tasmadva etasmadatmana akasah sambhutah
akasadvayuh
vayoragnih
agnerapah
adbhyah prthivi
prthivya osadhayah
osadhibhyo'nnam
annatpurusah
sa va esa puruso'nnnarasamayah
tasyedameva sirah
ayam daksinah paksah
ayamuttarah paksah
ayamatma
idam puccham pratistha
tadapyesa sloko bhavati



Dari situlah Brahman, yang merupakan Diri, menghasilkan akasa. Dari akasa muncul bayu. Dari bayu lahirlah teja. Dari teja tercipta apah. Dari apah muncul perthiwi. Dari perthiwi lahir tumbuhan. Dari tumbuhan itu dihasilkan makanan. Dari makanan lahir manusia. Manusia itu adalah produk dari esensi makanan.

Taittirya Upanisad (II.1.1)[4]

Referensi

  1. ^ {{citation |title= Panca Mahabhuta Sebagai Anasir Dasar Penyusun Alam Semesta |author </ref name=Sumarya>

    Bagain - bagian

    Akasa

    Akasa paling diatas merupakan Panca Mahabhuta yang paling halus berupa ruang kosong yang hampa, sunyi tidak berwujud dan tidak tampak. Akasa sebagai anasir dasar penyusun alam semesta berperan sebagai ruang wahana atau tempat keberadaan segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini. Alam raya ini terbentuk dari satu ruang yang kosong yang hampa yang tak terbatas luasnya dimana semua isi alam semesta ini seperti planet-planet dan mataharinya, semua materi atau benda-benda yang ada dan semua mahluk hidup berada di dalamnnya. Akasa merupakan ruang kosong pembentuk alam semesta.

    Bayu

    Bayu tidak memiliki rupa namun ada tanda-tanda yang dapat menerangkannya misalnya, benda bergerak maka gerakan benda itu sendiri adalah tanda adanya bayu dalam benda itu. Bayu sebagai anasir dasar penyusun alam semesta berperan sebagai tenaga penggerak (energi) semua peroses yang terjadi dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, seperti benda-benda yang ada di sekitar kita sampai benda planet yang ada diluar angkasa semua bergerak tidak ada yang diam. Semuanya bergerak dan mempunyai gaya karena pengaruh bayu yang memberikan gaya dan gerak ke semua benda Pada mahluk hidup tanpa adanya bayu mahluk hidup tidak akan bergerak, bayu sering disamakan dengan udara yang keluar masuk dari tubuh yang berupa O² dan CO² <ref name=Kriana>Made Kriana, Pengertian Panca Maha Bhuta, diakses tanggal 1 Mei 2019 

  2. ^ Prabhupada, Bhaktivedanta Swami (1986). Bhagavad Gita As It Is (dalam bahasa Inggris). Bhakti Vedanta Book Trust. hlm. 169–171. 
  3. ^ Pada waktu itu, tidak ada makhluk (eksistensi) maupun non makhluk (non eksistensi); pada waktu itu tidak ada atmosfir dan juga tidak ada lengkung langit di luarnya. Pada waktu itu apakah yang menutupi, dan di mana? Apakah air yang tak terduga dalamnya yang ada di sana. (RgVeda X.129.1) Waktu itu tidak ada kematian, pun juga tidak ada kehidupan (makhluk), tidak ada tanda yang menandakan siang dan malam. Yang Maha Esa bernafas tanpa nafas menurut kekuatannya sendiri. Bernafas menurut kekuatan-Nya sendiri. Diluar dia tidak ada apapun juga. (RgVeda X.129.2) Pada mula pertama kegelapan ditutupi kegelapan. Semua yang ada ini adalah keterbatasan yang tak dapat dibedakan. Yang ada pada waktu itu adalah kekosongan dan yang tanpa bentuk. Dengan tapas (tenaga panas) yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong. (RgVeda X.129.3) Pada awal mulanya keinginan (Tuhan) menjadi bermanifestasi yang merupakan benih awal dan benih semangat. Para rsi setelah meditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara eksistensi dan non eksistensi. (RgVeda X.129.4) Sinarnya terentang keluar, apakah ia melintang, apakah ia di bawah atau di atas. Kemudian ada kemampuan memperbanyak diri dan kekuatan yang luar bisa dahsyatnya, materi gaib ke sini dan energi ke sana. (RgVeda X.129.5) Siapa yang sungguh-sungguh mengetahui dan memaparkannya di sini, dari manakah datangnya alam semesta yang menjadi ada ini? Orang-orang bijaksana lebih belakang dari ciptaan alam semesta ini, karena itu siapakah yang mengetahui dari mana munculnya (ciptaan) ini. (RgVeda X.129.6) Sesungguhnya Dia telah menciptakan alam semesta ini, serta mengendalikannya (di dalam kekuasaan-Nya). Dia yang mengawasi alam semesta ini berada di atas angkasa yang tak terhingga, sesungguhnya Dia mengetahui alam semesta ini seluruhnya dan “wahai manusia” janganlah mengakui eksistensi lain yang mana pun sebagai Pencipta alam semesta ini. (RgVeda X.129.7)
  4. ^ Taittiriya Upanisad 2.1.1, Sri Adi Sankaracarya, Part 1 (dalam bahasa Inggris), diakses tanggal 1 Mei 2019 

Sloka yang terkutip pada Panca Maha Bhuta "Proses Penciptaan Alam Semesta" http://agusasmara99.blogspot.com/2012/11/proses-penciptaan-alam-semesta.html

[Panca Maha Bhuta 1]
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "Panca Maha Bhuta", tapi tidak ditemukan tag <references group="Panca Maha Bhuta"/> yang berkaitan

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41