Pakta Biak-na-Bato, yang ditandatangani pada 14 Desember 1897,[1] membuat sebuah keputusan antara Gubernur Jenderal kolonial Spanyol Fernando Primo de Rivera dan pemimpin revolusioner Emilio Aguinaldo menuju akhir Revolusi Filipina. Aguinaldo dan para revolusioner sejawatnya diberikan amnesti dan uang ganti rugi oleh Pemerintah Spanyol, dalam kepulangan pemerintahan revolusioner dari pengasingan di Hong Kong. Aguinaldo telah merancang untuk menggunakan uang tersebut untuk keperluan persenjataan dan kembali ke kepulauan tersebut.[2]:49[3]:232
Pakta tersebut ditandatangani di San Miguel, Bulacan, di rumah Pablo Tecson, seorang kapten revolusioner Filipina yang menjabat sebagai Brigadir Jenderal dalam 'Brigada Del Pilar' (pasukan militer) Jenderal Gregorio del Pilar pada masa Revolusi.