Tuanku Panglima Paderap, juga bergelar Panglima Deli,[1] adalah penguasa ketiga Kesultanan Deli.[2][3] Ia menggantikan ayahnya Tuanku Panglima Perunggit, yang meninggal sekitar tahun 1700.[2][3]
Keluarga
Paderap mempunya empat orang anak lelaki, yaitu:[1][3][4]
- Tuanku Jalaluddin gelar Kejuruan Metar
- Tuanku Panglima Pasutan gelar Kejuruan Padang
- Tuanku Tawar gelar Kejuruan Santun
- Tuanku Umar gelar Kejuruan Junjongan
Perpecahan Deli dan Serdang
Setelah Tuanku Paderap meninggal dunia pada tahun 1728,[4] terjadi perebutan kekuasaan di Kesultanan Deli.[3] Hal ini karena Tuanku Jalaluddin anak pertama Paderap tidak bisa menggantikan kedudukan ayahnya, sebab memiliki kecacatan jasmani.[3] Akhirnya, Tuanku Panglima Pasutan menjadi penguasa Deli yang keempat, sementara adiknya Tuanku Umar menjadi memisahkan diri dan menjadi penguasa Serdang yang pertama.[3][5]
Tuanku Paderap dimakamkan di kampung Pulau Berayan.[4]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Hamid, Rogayah A.; Salim, Mariyam bte (2006). Kesultanan Melayu (dalam bahasa Melayu). Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836292445.
- ^ a b (Tengku), Luckman Sinar (1996). The History of Medan in the Olden Times (dalam bahasa Inggris). Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu.
- ^ a b c d e f Ikhsan, Edy (2015). Konflik Tanah Ulayat dan Pluralisme Hukum: Hilangnya Ruang Hidup Orang Melayu Deli. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794619377.
- ^ a b c (Tengku.), M. Lah Husny; Daerah, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan (1978). Lintasan sejarah peradaban dan budaya penduduk Melayu-Pesisir Deli, Sumatra Timur, 1612-1950. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah.
- ^ Perret, Daniel (2010-04-23). Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799102386.