Orang-orang buta dan seekor gajah adalah sebuah perumpamaan yang berasal dari anak benua India, dan dari situ perumpamaan ini menyebar luas. Namun, arti dari perumpamaan ini berbeda-beda di setiap negara.
Pada dasarnya perumpamaan ini berkisah tentang sekelompok orang buta yang belum pernah bertemu dengan gajah sebelumnya, dan lalu mulai mempelajari dan membayangkan gajah dengan menyentuhnya. Setiap orang buta itu merasakan bagian tubuh yang berbeda, tetapi mereka hanya merasakan satu bagian saja, seperti misalnya di taringnya atau belalainya. Mereka lalu mendeskripsikan gajah itu berdasarkan pengalaman mereka yang terbatas, sehingga deskripsi yang mereka buat bermacam-macam. Dalam beberapa versi perumpamaan, mereka mulai saling mencurigai satu sama lain dan akhirnya bertengkar. Moral perumpamaan ini adalah bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk membuat klaim mengenai kebenaran absolut berdasarkan pada pengalaman mereka yang subjektif dan terbatas, dan mereka mengabaikan pengalaman subjektif dan terbatas orang lain yang mungkin juga sama-sama benar.[1]
Versi pertama kisah ini dapat ditilik kembali ke teks Buddha Udana 6.4, yang berasal dari pertengahan milenium pertama SM. Menurut John Ireland, kemungkinan perumpamaan ini lebih tua daripada teks-teks Buddha.[2]