Nafsul Mardhiyyah adalah jiwa yang telah meningkat, sehingga semua yang dikerjakannya mendapat ridho, hidayah (petunjuk), maunah (pertolongan), dan keutamaan secara langsung dari Tuhan.[1]Perbuatan-perbuatannya bisa diartikan sebagai hal yang sakral.[1]
Nafsu Mardhiyyah bisa diartikan juga sebagai nafsu yang diridhoi, yaitu seseorang merasa senang atau cinta kepada Tuhan dan Tuhanpun merasa senang kepadanya.[2] Nafsu ini lebih tinggi tingkatannya daripada nafsul radhiyah.[2] Karena orang yang memiliki nafsul radhiyah, meskipun telah merasa cinta kepada Tuhan, namnu belum tentu mendapatkan sambutan dari Tuhan.[2] Hal ini berbeda dengan orang yang mempunyai nafsul mardhiyyah, secara timbal-balik, baik Tuhan maupun manusia sama-sama mencintai.[2] Nafsu ini hanya dimiliki oleh khawasul khawash (orang khusus yang khusus).[2]
Ketika seseorang memiliki nafsu ini terlihat dengan timbulnya perilaku baik, kasih sayang, kemuliaan, keikhlasan, dan zikir kepada Tuhan, mengajak pada kebaikan, dan memaafkan kesalahan orang lain.[3] Pada tingkatan ini, nafsu akan mampu mengenal Tuhannya.[3]
Referensi
^ abShadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Indonesia.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 2325
^ abcdeMujieb, Abdul (2009).Enseklopedi Tasawuf Imam al-Ghazali.Jakarta:Mizan.Hal 328
^ abYasid, Abu.Fiqh Today:Fatwa Traisional untuk Orang Modern.Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama. Hal 28