My Sweet Pepper Land (bahasa Kurdi: وڵاتە تیژە شیرینەکەم) adalah sebuah film bergenre Barat besutan sutradara Kurdistan Irak Hiner Saleem pada tahun 2013 dan mulai dirilis secara luas pada tahun 2014.[1] Di Festival Film Cannes 2013, film ini diputar di kategori Un Certain Regard sementara di Asia Pacific Screen Awards 2013, film ini meraih penghargaan aktris terbaik dan penghargaan khusus di bidang penyutradaraan.[2][3]
Film ini sempat diputar di Indonesia pada Festival Film Madani pada Oktober 2018.[4]
My Sweet Pepper Land |
---|
Nama lain | وڵاتە تیژە شیرینەکەم |
---|
Sutradara | Hiner Saleem |
---|
Produser | Robert Guédiguian, Marc Bordure |
---|
Ditulis oleh | Antoine Lacomblez, Hiner Saleem |
---|
Pemeran | Golshifteh Farahani, Korkmaz Aslan |
---|
Penyunting | Clémence Samson, Sophie Reine, Juliette Haubois |
---|
Perusahaan produksi | Agat Films & Cie / Ex Nihilo |
---|
Distributor | Memento Films distribution, Playtime (ex Films Distribution) |
---|
Tanggal rilis | 2014 |
---|
Durasi | 95 menit |
---|
Negara | Prancis, Jerman, Irak |
---|
Bahasa | Kurdi, Arab, Turki |
---|
Plot
Baran adalah seorang veteran perang kemerdekaan Kurdistan yang kemudian diangkat sebagai kepala polisi di ibu kota Kurdistan, Erbil. Merasa gundah karena suasana kota yang terlalu damai, dia sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari kepolisian. Namun akhirnya dia tidak jadi mengambil keputusan tersebut setelah mendapat tawaran kerja sebagai polisi di sebuah lembah dekat perbatasan dengan Turki dan Iran. Daerah tersebut dicap sebagai Segitiga Bermuda karena lokasi strategisnya yang berada di antara tiga negara dan tiga komoditas selundupan - alkohol, narkoba, dan obat-obatan.[5]
Di tempat barunya Baran menolak untuk tunduk pada Aziz Aga, seorang kepala adat setempat yang korup dan ahli waris adat lembah tersebut. Dia juga bertemu dengan seorang guru baru, Govend, yang sama-sama menghadapi sikap dingin warga setempat. Seperti Barand, Govend melambangkan wilayah Kurdi otonom yang baru. Namun tantangan yang dia hadapi jauh lebih berat daripada Baran karena dia belum kawin. Mereka bekerja sama untuk meruntuhkan kekuasaan Aziz Aga dan sudi bekerja sama dengan pihak Kurdi Turki.[5]
Resepsi
Kontributor Hollywood Reporter Deborah Young berpandangan bahwa sekalipun Kurdistan belumlah suatu entitas geografis yang jelas, tapi berkat sutradara seperti Bahman Ghobadi dan Hiner Saleem Kurdistan sudah terangkat lewat industri perfilmannya.[6]
Jay Weissberg dari majalah Variety menuliskan bahwa meskipun film ini diawali dengan ejekan terhadap diri sendiri dan secara keseluruhan absurd, ia tetap merupakan tontonan yang mengasyikkan dengan narasi yang mengenakkan dan penampilan yang simpatik dari para pemerannya.[7]
Menurut kritikus film Telerama Mathilde Blottière, Saleem menimurkan genre Barat lewat filmnya ini. Senada dengan Weissberg, Blottière menilai film ini konyol dan absurd tapi berhasil.[8]
Referensi