Museum Islam Indonesia K.H Hasyim Asy'ariMuseum Islam Indonesia K.H Hasyim Asy'ari merupakan bangunan yang menyimpan koleksi dan informasi mengenai perkembangan Islam di Indonesia. Museum Islam Indonesia K.H Hasyim Asy'ari terletak di Kawasan Wisata Religi Makam Gus Dur, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Masyarakat dapat mengunjungi museum ini secara gratis setiap hari pada pukul 08.30 - 15.20 WIB.[1] Museum Islam Indonesia K.H Hasyim Asy'ari memiliki model bangunan berbentuk piramida dengan luas lahan sekitar 4,9 hektar. Pada bagian depan museum ini, terdapat monumen At-tauhid yang berhiaskan tulisan 99 Asmaul Husna.[2] SejarahPembangunan Museum Islam Indonesia K.H Hasyim Asy'ari dimulai sejak 2014. Museum yang berada di area Pondok Pesantren Tebuireng ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 18 Desember 2018.[3] Penamaan museum ini merujuk pada nama tokoh Islam yang sekaligus menjadi pendiri organisasi Nadhlatul Ulama, yakni K.H Hasyim Asy'ari.[4] KoleksiPada Museum Islam Indonesia K.H Hasyim Asy'ari tersimpan koleksi artefak dan replika yang mendeskripsikan perkembangan Islam di Nusantara pada abad 11 hingga 19 Masehi. Benda-benda koleksi di museum ini diatur pada area-area berbeda sesuai dengan wilayah perkembangan Islam seperti area Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku dan Papua. Selain itu, terdapat ruangan khusus untuk menyimpan koleksi benda peninggalan K.H. Hasyim Asy'ari[1] yang berupa centong nasi, tongkat kayu, kursi kayu, dan kitab kuno.[4] Pada lantai satu museum ini, koleksi bukti sejarah yang dipamerkan berupa kitab kuno dari para ulama nusantara, perhiasan, mata uang Islam, prasasti, pakaian, rempah-rempah yang dahulu dijual oleh saudagar Islam, porselen, tembikar, serta mahkota dan kipas berbahan emas. Keseluruhan jumlah benda koleksi yang tersimpan di lantai satu ini mencapai sekitar 120 benda. Di antara koleksi lainnya, salah satu koleksi tertua di museum ini adalah replika batu nisan makam Fatimah binti Maimun tahun 1080.[1] Selain menyajikan pameran benda-benda bersejarah, museum ini juga memiliki ruangan audio visual yang menampilkan sejarah masuknya Islam ke Nusantara.[1] Pengunjung juga dapat berlatih memelihara gerabah dan barang peninggalan di ruangan Pojok Konservasi museum.[4] Referensi
|