Museum Diponegoro Magelang, dikenal juga sebagai Museum Kamar Pengabdian Pangeran Diponegoro, merupakan bangunan yang menyimpan sejarah penangkapan pangeran Diponegoro.
Museum Diponegoro Magelang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro No. 1, Kota Magelang, Jawa Tengah. Museum ini berada di kompleks yang sama dengan Museum BPK dan eks Kantor Karesidenan Kedu.[1]
Masyarakat dapat mengunjungi museum ini secara gratis setiap hari kerja mulai pukul 7 pagi. Pada hari Senin sampai Kamis, museum dibuka hingga pukul 3 sore. Namun, pada hari Jumat museum hanya dibuka hingga pukul 2 siang.[2]
Sejarah
Bangunan Museum Pengabdian Pangeran Diponegoro dahulu merupakan rumah dinas Letnan Gubernur Jenderal Hendrik Markus de Kock yang berdiri sejak 1810. Kemudian, gedung ini beralih fungsi menjadi Kantor Karesidenan Kedu. Peresmian museum baru diselenggarakan pada tahun 1969 oleh Soekarno, selaku Presiden Pertama RI.[3] Pada museum ini terdapat satu ruang yang pernah ditempati oleh Pangeran Diponegoro untuk berunding dengan Hendrik Markus de Kock.[1]
Koleksi
Museum Pengabdian Pangeran Diponegoro menyimpan koleksi seperti jubah kain santung berukuran 1,57 x 1,35 meter milik Pangeran Diponegoro, tujuh buah cangkir putih serta dua buah teko teh yang digunakan Pangeran Diponegoro, balai beralas bambu tempat salat, Kitab Taqrib berisi siasat perang, serta satu set meja dan kursi dengan guratan kuku bekas kemarahan Pangeran Diponegoro saat perundingan. Museum ini juga menyimpan lukisan-lukisan dari Pangeran Diponegoro yang dilukis oleh Daud Yusuf, Raden Saleh,[4] dan Mr. Junet, pelukis berkebangsaan Belanda. Pada museum ini terdapat pula koleksi tulisan Pangeran Diponegoro saat berada di Yogyakarta, rumah dinas gubernur Belanda, dan Makassar[3].
Fasilitas
Pada kawasan Museum Pengabdian Diponegoro tersedia fasilitas umum seperti musala, kantin, lahan parkir dan toilet. Museum ini juga menyediakan pemandu wisata yang dapat mengantarkan pengunjung dalam tur.[1]
Aksesibilitas
Museum Pangeran Diponegoro dapat dijangkau dari Jl. Pangeran Diponegoro, Jl. Veteran, Jl. Alibasah Sentot, Jl. Pahlawan dan Jl. Ahmad Yani menggunakan transportasi umum berupa mini bus dan angkutan kota (angkot).[1]
Referensi
- ^ a b c d Musaddun; Suwandono, Djoko; Ristianti, Novia Sari; Biruni, El Sifa Mega; Devi, Fionita Yuliani (2019). "PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN MUSEUM DIPONEGORO MAGELANG BERBASIS PARIWISATA HERITAGE BERKELANJUTAN". Jurnal Jendela Inovasi Daerah. 2 (1): 17–37.
- ^ Hermanto. "Melihat Benda Peninggalan Pangeran Diponegoro di Magelang - TIMES Indonesia". timesindonesia.co.id. Diakses tanggal 2024-05-24.
- ^ a b Prasetyo, Budi (2022-07-24). Muhlisin, Ahmad, ed. "Museum Diponegoro, Saksi Bisu Penangkapan Pangeran Diponegoro Oleh Belanda di Magelang". Beta News. Diakses tanggal 2024-05-24.
- ^ Susanto, Eko (2023-07-07). "Ada Kitab Siasat Perang di Museum Pengabadian Pangeran Diponegoro". detikjateng. Diakses tanggal 2024-05-24.