Terletak di sayap barat museum Louvre, dikenal sebagai Pavillon de Marsan, museum ini didirikan tahun 1905 oleh anggota Union des Arts Décoratifs. Memiliki dan memamerkan furnitur, desain interior, altar, lukisan keagamaan, objets d'arts, permadani, kertas dinding, keramik dan barang kaca, juga mainan dari Abad Pertengahan hingga saat ini.
Ketertarikan bagi publik adalah ruangan periode. Contohnya bagian dari rumah Jeanne Lanvin (didekorasi Albert-Armand Rateau (1884-1938) di awal 1920-an) di 16 rue Barbet-de-Jouy di Paris. Lainnya adalah ruang makan seniman grafis Eugène Grasset tahun 1880, dan Lemari Emas Avignon 1752. Dan, seperti museum Prancis lainnya, terdapat kamar tidur courtesan 1875 Lucie Émilie Delabigne, yang menjadi inspirasi karakter utama novel karya Émile Zola, Nana (1880).
Beberapa jumlah pameran museum telah diberi penghargaan. Yvonne Brunhammer, seorang kurator dan direktur museum selama empat dekade sejak awal 1950-an dan orang yang menemukan kembali Eileen Gray, menyelenggarakan pameran 1966, "Les Années '25': Art Déco/Bauhaus/Stijl Esprit Nouveau". Pameran ini mengusung tema "Art Déco", sebutan yang menjelaskan desain antara dua Perang Dunia, khususnya desain modern Prancis.
Museum ini berada sama dengan institusi desain dan seni dekoratif sejenis seperti Victoria and Albert Museum di London dan inspirasi bagi koleksi saudara Hewitt di Cooper Union (pendahulu Cooper-Hewitt, National Design Museum) di New York City. Tetapi, karena banyaknya pameran seni asli yang bertumpuk di museum Paris, fokusnya telah memudar dan menyebabkan namanya—Musée des "Art Decoratifs"—menjadi salah arti.
Musée des Arts Décoratifs ditutup sejak 1996 karena renovasi bangunan dan 6.000 karya dair koleksinyal renovasinya memakan €35 juta (sekitar $45 juta tahun 2006). Museum ini dibuka kembali 15 September2006. Béatrice Salmon, direktur dan pengawas restorasi, telah menyebut koleksi ini sebagai "sejarah selera Prancis dan seni dan desain dekoratif di Prancis" dan mengatakan: "Orang [di Prancis] mengerti bagaimana hidup dengan lukisan dan pahatan di sebuah museum, tapi mereka tak tahu bagaimana menerjemahkannya" (Rawsthorn, International Herald Tribune, 3 September2006).