Muhammad Brahmi (bahasa Arab: محمد براهمي; 15 Mei 1955 – 25 Juli 2013) adalah seorang politikus Tunisia. Brahmi adalah pendiri dan mantan pemimpin Gerakan Rakyat,[1] yang di bawah kepemimpinannya, memenangkan dua kursi dalam pemilu konstituen tahun 2011.[2]
Awal kehidupan dan karier
Brahmi lahir pada tanggal 15 Mei 1955 di Sidi Bou Said, ibu kota Kegubernuran Sidi Bou Said . Dia lulus dari Institut Tinggi Manajemen di Universitas Tunis dengan gelar Master di bidang akuntansi pada 1982. Setelah lulus, ia mengajar sebagai profesor ekonomi dan manajemen selama dua tahun di Perguruan Tinggi Teknik Menzel Bourguiba.[2]
Kemudian, ia bekerja di Kantor Irigasi, dan kemudian di real estate dari tahun 1985 hingga 1993. Dia melakukan pekerjaan konsultasi sebagai auditor untuk Badan Kerja Sama Teknis di Arab Saudi. Sejak tahun 2004, ia bekerja sebagai manajer sebuah bisnis real estate yang mengkhususkan diri dalam properti perumahan.[2]
Politik
Brahmi adalah anggota aktif dari Persatuan Mahasiswa Arab Progresif sampai tahun 2005, ia meninggalkan organisasi itu dan mendirikan Gerakan Persatuan Nasserist, partai ilegal di bawah pemerintahan Ben Ali. Setelah revolusi Tunisia, ia mendirikan Gerakan Rakyat dan menjadi sekretaris jenderalnya.[3] Gerakan Rakyat kemudian bergabung dengan Front Populer pada 13 April 2013.[2][4]
Brahmi dikenal karena keyakinan sosialis dan nasionalis Arab-nya,[5][6] terutama dalam tradisi Gamal Abdel Nasser.[5] Dia adalah seorang Muslim. Meskipun ia anggota dari Front Populer anti-Islam, ia tidak memiliki reputasi untuk menjadi sangat kritis terhadap Islam, dan pada kenyataannya ia memiliki banyak teman di Gerakan Ennahda.[6]
Pembunuhan
Pada 25 Juli 2013, Brahmi ditembak di Tunis di luar rumahnya di depan istri dan anak-anaknya oleh dua pria pengendara sepeda motor.[7] Ia ditembak 14 kali dan meninggal hari itu juga di sebuah rumah sakit di distrik Ariana, Tunis.[8]
Kematian Brahmi menyusul pembunuhan pemimpin oposisi Chokri Belaid, yang dibunuh pada 6 Februari 2013 lalu. Keduanya adalah anggota dari koalisi sayap kiri yang sama.[9] Menteri Dalam Negeri, Lotfi Ben Jeddou mengatakan dalam konferensi pers: "Senjata otomatis 9mm yang sama, yang menewaskan Belaid juga menewaskan Brahmi."[10] Tersangka kedua pembunuhan itu diidentifikasi sebagai Boubacar Hakim,[10] Pengikut salafi yang sedang dicari atas dugaan penyelundupan senjata dari Libya.[10][11]
Referensi
Pranala luar