Monumen Renaisans Afrika
Monumen Renaisans Afrika (bahasa Prancis: Le Monument de la Renaissance Africaine) merupakan sebuah monumen tembaga setinggi 52 meter yang terletak di salah satu puncak bukit Collines des Mamelles, Dakar, Senegal. Monumen Renaisans Afrika dibangun menghadap Samudra Atlantik, tepatnya di pinggir Ouakam. Monumen Renaisans Afrika dirancang oleh arsitek Senegal Pierre Goudiaby setelah diinisiasi oleh presiden Abdoulaye Wade dan dibangun oleh Mansudae Overseas Projects, sebuah perusahaan di Korea Utara.[1] Persiapan lahan dilakukan pada tahun 2006 dan konstruksi patung baru mulai dilakukan pada tahun 2008.[2] Awalnya pembangunan monumen direncanakan selesai pada Desember 2009, namun tertunda hingga awal tahun 2010. Monumen ini diresmikan pada 4 April 2010, tepat pada peringatan 50 tahun kemerdekaan Senegal dari Perancis.[3] Monumen ini tergolong sebagai patung terbesar di Afrika.[4] KonstruksiProyek Monumen Renaisans Afrika diluncurkan oleh presiden Senegal Abdoulaye Wade yang menyatakan bahwa proyek ini merupakan proyek prestigius Senegal yang bertujuan untuk membangun sebuah monumen penanda kebebasan dan kejayaan Afrika.[5] Patung Monumen Renaisans Afrika terbuat dari perunggu setinggi 100 meter dan dibangun di pinggir kota Dakar. Desain Monumen Renaisans Afrika dirancang oleh arsitek Senegal Pierre Goudiaby Atepa.[6] Pembangunan Monumen Renaisans Afrika diperkirakan menghabiskan dana sebesar 27 juta dollar AS.[3] PeluncuranPada tanggal 3 April 2010, Monumen Renaisans Afrika diluncurkan di Dakar, dihadapan 19 kepala negara-negara Afrika, termasuk Presiden Malawi sekaligus ketua Uni Afrika, Bingu wa Mutharika, Jean Ping yang merupakan anggota Komisi Uni Afrika, Presiden dari Benin, Tanjung Verde, Republik Kongo, Pantai Gading, Gambia, Mali, Mauritania, dan Zimbabwe. Selain itu perwakilan dari Korea Utara, dan dua warga negara Amerika Serikat, yaitu Jesse Jackson dan musisi Akon juga hadir. Kesemuanya yang disebutkan di beri kesempatan untuk tur berkeliling.[3][7] Presiden Wade berkata, "(Monumen) Ini membawa kehidupan untuk masa depan kita semua. Afrika telah datang di abad ke-21 dengan berdiri tegak dan lebih siap dari sebelumnya, untuk mengambil masa depan didalam genggaman tangannya."[8] Presiden Bingu juga berkata, " Monumen ini (dibangun) bukan hanya untuk (rakyat) Senegal, tapi untuk seluruh masyarakat Afrika dimanapun kita berada."[9] KontroversiBiaya pembangunanRibuan orang memprotes atas "seluruh kegagalan rezim Presiden Wade, salah satunya adalah patung buruk ini" pada jalanan kota. Deputi pemimpin oposisi Ndeye Fatou Toure menyatakan bahwa patung ini merupakan bagian dari skandal di tengah krisis ekonomi.[3] Patung kolosal ini dikritisi karena menghabiskan biaya pembangunan cukup tinggi yaitu US$ 27 juta.[1] Pembayarannya dilakukan dengan melakukan barter 30-40 hektar lahan yang disediakan oleh seorang pengusaha Senegal.[10] Gaya arsitekturGaya arsitektur yang dianut oleh patung ini juga menjadi sasaran kritik masyarakat, terutama kaum Muslim dan Kristen di Senegal. Imam di Senegal mengutuk patung ini karena merupakan bagian dari kemusyrikan juga persepsi ketidaksopanan yang ditimbulkan oleh penggambaran patung wanita dan pria setengah telanjang.[11][12] Kontroversi lain yang timbul terhadap Monumen Renaisans Afrika adalah patung yang dibangun dianggap representasi gamblang terhadap objektifikasi seksual wanita.[13] Di samping itu, kritik masyarakat internasional berdatangan setelah klaim perancangan oleh orang Senegal terbukti palsu. Klaim desain patung oleh Pierre Goudiaby diragukan karena sebenarnya dirancang oleh pemahat Romania, Virgil Magerhusan. Patung di monumen ini pun dibuat oleh sebuah perusahaan Korea Utara.[14] Ousmane Sow, pemahat internasional Senegal berpendapat bahwa penggunaan jasa konstruksi asing hanyalah merupakan simbol Renaisans Afrika dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan nilai seni.[15] Pada Desember 2009, Presiden Abdoulaye Wade memohon maaf pada masyarakat Kristen Senegal setelah ia membandingkan patung ini dengan Yesus Kristus.[1] Kekayaan IntelektualProyek Monumen Renaisans Afrika juga menjadi sasaran kritik akibat klaim hak kekayaan intelektual dan keuntungan finansial sebesar 35% oleh Presiden Wade.[11] Tokoh oposisi mengkritik keras rencana Wade untuk mengklaim hak kekayaan intelektual atas monumen yang dibangun, dan bersikeras bahwa presiden tidak dapat mengklaim hak cipta atas gagasan pada monumen yang dibangun.[16][1] Galeri
Referensi
|