Metode cendekia (bahasa Inggris: scholarly method) atau kecendekiaan (bahasa Inggris: scholarship) merupakan sekumpulan prinsip dan praktik yang digunakan oleh para cendekiawan dan akademisi agar klaim mereka tentang subjek keahlian mereka dapat dibuktikan dan dipercaya semaksimal mungkin, serta agar klaim tersebut diketahui oleh khalayak cendekia. Ini terdiri dari metode yang secara sistematis memajukan pengajaran, penelitian, dan praktik bidang studi cendekia atau akademis melalui penyelidikan yang ketat. Kecendekiaan bersifat kreatif, dapat didokumentasikan, dapat direplikasi atau dielaborasi, dan dapat ditinjau oleh rekan sejawat melalui berbagai metode.[1] Metode cendekia mencakup subkategori metode ilmiah, yang digunakan para ilmuwan untuk mendukung klaim mereka, dan metode historis, yang digunakan para sejarawan untuk memverifikasi klaim mereka.[2]
Metode
Metode sejarah meliputi teknik dan pedoman yang digunakan sejarawan untuk meneliti sumber-sumber primer dan bukti-bukti lain, lalu menulis sejarah . Pertanyaan tentang hakikat, dan juga kemungkinan, metode sejarah yang baik diajukan dalam filsafat sejarah sebagai pertanyaan tentang epistemologi. Pedoman sejarah yang umum digunakan oleh para sejarawan dalam pekerjaan mereka meliputi kritik eksternal, kritik internal, dan sintesis .
Metode empiris secara umum diartikan sebagai pengumpulan data yang dijadikan dasar hipotesis atau menarik kesimpulan dalam sains. Ini adalah bagian dari metode ilmiah, tetapi sering kali keliru diasumsikan sebagai sinonim dengan metode lain. Metode empiris tidak didefinisikan dengan jelas dan sering kali dipertentangkan dengan ketepatan eksperimen yang kemunculan datanya dari manipulasi variabel secara sistematis. Metode percobaan menyelidiki hubungan kausal antara variabel. Eksperimen merupakan landasan pendekatan empiris untuk memperoleh data tentang dunia dan digunakan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu sosial. Suatu eksperimen dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah-masalah praktis dan untuk mendukung atau meniadakan asumsi-asumsi teoritis.
Metode ilmiah mengacu pada serangkaian teknik untuk menyelidiki fenomena, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya. Agar dapat disebut ilmiah, suatu metode penyelidikan harus didasarkan pada pengumpulan bukti-buktiyang dapat diamati, empiris, dan dapat diukur sesuai dengan prinsip-prinsip penalaran tertentu.[3] Metode ilmiah terdiri dari pengumpulan data melalui observasi dan eksperimen, serta perumusan dan pengujian hipotesis.[4]